Mohon tunggu...
Inggirwan Prasetiyo
Inggirwan Prasetiyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah

Suka dengan topik sejarah, sepak bola, teknologi, dan musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melacak Jejak Kolonialisme di Kabupaten Klaten

24 Agustus 2022   12:49 Diperbarui: 22 Januari 2023   23:23 2984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemberian nama Dr. Scheurer pada rumah sakit ini dilakukan untuk mengenang jasa-jasanya menolong warga yang sakit dan menjadi pelopor pelayanan kesehatan di daerah Jawa Tengah bagian selatan dan Yogyakarta.

Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Tegalyoso sesuai dengan nama desa yang menjadi lokasi rumah sakit tersebut. Pada tanggal 5 Maret 1946, RSU Tegalyoso membuka Perguruan Tinggi Kedokteran bagian Pre Klinik yang kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Melalui SK Menteri Kesehatan No. 1442 A/Menkes/SK/XII/1997, nama rumah sakit ini ditetapkan menjadi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro dan bertahan hingga sekarang.

Benteng Engelenburg

Benteng atau juga disebut sebagai loji ini dulunya terletak di Desa Klaten—kini telah berubah menjadi kawasan alun-alun dan masjid raya—yang dibangun pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono IV (1788–1820 M). Sebelumnya, rencana awal pembangunan benteng ini berada di Desa Merbung, namun dipindah karena pertimbangan lokasi yang lebih strategis.

Benteng Engelenburg di Kabupaten Klaten Tahun 1910 (Sumber: KITLV)
Benteng Engelenburg di Kabupaten Klaten Tahun 1910 (Sumber: KITLV)

Galih Sekar Jati Nagari dalam artikel berjudul “Kawasan Pusat Kota Klaten Pada Masa Kolonial Hindia Belanda”, yang terhimpun dalam jurnal Sengkhala (2020) menyebutkan, pembangunan Benteng Engelenburg dilakukan melalui perundingan antara Nicolaus Engelhard bersama Kapten H.C. Cornelius di bawah arahan dari Letnan Kolonel Karel von Wollzogen pada tahun 1802. Tujuan keberadaan benteng ini untuk menjaga keamanan dan stabilitas di wilayah Vorstenlanden.

Berbeda dengan wilayah di sekitar Klaten pada umumnya yang masuk dalam kekuasaan Kasunanan Surakarta, Benteng Engelenburg merupakan sebagian kecil dari pengecualian itu. Faktanya benteng ini masih termasuk dalam wilayah Kasultanan Yogyakarta. Letaknya yang berada di jalur utama transportasi membuat Klaten semakin dikenal dan ramai dengan lalu lalang kendaraan pembawa barang dagang dari hasil perkebunan.

Bagian dalam Benteng Engelenburg Tahun 1928 (Sumber: Tropenmuseum)
Bagian dalam Benteng Engelenburg Tahun 1928 (Sumber: Tropenmuseum)

Primus Supriono menuliskan Benteng Engelenburg memiliki sengakalan—penanggalan kuno—berbunyi Rupa Mantri Swaraning Jalak atau dapat dimaknai sebagai 28 Juli 1804, dalam majalah “Kelathi Edisi V” (2022). Tanggal ini merupakan penanda dari peletakan batu pertama bangunan benteng dan menjadi cikal bakal munculnya Kabupaten Klaten yang sekarang ini kita kenal.

Berdasarkan bukti sengkalan tersebut, pemerintah setempat melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 menetapkan hari jadi Kabupaten Klaten jatuh pada tanggal 28 Juli dan diperingati setiap tahun.

Referensi:

Diskominfo Klaten, “Kelathi Edisi V”, 7 Juli 2022, diakses dari https://klatenkab.go.id/majalah-kelathi-edisi-5/.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun