Mohon tunggu...
Ahmad Setiawan
Ahmad Setiawan Mohon Tunggu... Editor - merawat keluarga merawat bangsa

kepala keluarga dan pekerja media

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adakah "Penyakit" yang Lebih Mematikan dari Corona?

28 Januari 2020   16:41 Diperbarui: 28 Januari 2020   17:24 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak pertama kali dilaporkan ke WHO pada 31 Desember 2019, virus Corona hingga saat ini telah merenggut lebih dari 100 nyawa dan menular ke 16 negara. Di China, di mana virus ini pertama kali menyebar pada 20 Januari 2020, hngga kini jumlah penderitanya meningkat dari 278 menjadi 2700 orang atau melonjak hingga nyaris 1000 persen. Tak ada yang menyangkal bila virus Corona sangat berbahaya. 

Tapi, tahukah Anda, ada 'penyakit' di Indonesia yang lebih berbahaya dan sangat mematikan dari Corona? Baru-baru ini 'penyakit' tersebut telah merenggut nyawa secara sia-sia seorang pria paruh baya di di Desa Pak Utan, Kecamatan Toho, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. 

Video yang viral memperlihatkan pria yang diserang 'penyakit' itu sedang memegang ular kobra dengan jumawa hingga digigit ular king kobra berkali-kali. Beberapa jam kemudian pria itu tewas setelah sempat menolak diobati. 

'Penyakit' yang sama juga telah merenggut ratusan ribu nyawa orang Indonesia setiap tahunnya. Tidak hanya akibat dipatuk ular. Sejak 2014. Pemerintah telah mewajibkan seluruh pabrik rokok untuk memasang gambar bahaya rokok disertai dengan peringatan tertulis, namun jumlah perokok di Indonesia tetap saja tinggi. 

Data Riset Kesehatan menunjukkan, Indonesia menghadapi ancaman serius akibat meningkatnya jumlah perokok. Prevalensi perokok laki--laki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan diprediksi lebih dari 97 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok. 

Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja. Akibatnya, Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya. 

Jelas, 'penyakit' ini sangat berbahaya dan mematikan. Ia telah mengakibatkan orang menjadi sombong, merasa pintar sendiri, tidak peduli dan tidak mau tahu. 

Dalam kasus pawang ular, misalnya, ia pasti sangat tahu bila bisa ular king kobra sangat mematikan. Tetapi ia karena merasa pintar sendiri dan tidak peduli, king kobra yang diremehkannya telah mengantarnya ke alam baka. Kalian bisa bayangkan, bila virus Corona diidap oleh orang-orang semacam ini.

Saat ini pun, sebenarnya 'penyakit' ini telah meracuni sejumlah orang di media sosial. Mereka lebih memilih 'meremehkan' Corona yang mematikan dan mengaitkammya dengan dosa serta sentimen negatif terhadap kelompok dan ras tertentu. 

Tindakan mereka ini tentu saja memiliki tujuan tertentu. Mungkin politik. Mungkin juga ekonomi. Mereka yang sebetulnya bisa menggunakan akun medsosnya untuk menyebarluaskan imbauan dan pemahaman tentang virus Corona serta bahayanya memilih menyebarkan kebencian. Tindakan tidak peduli dan tidak mau tahu setelah mengidap 'penyakit' itu.

Apa nama 'penyakit' itu? Pramodya Ananta Toer menyebutnya sebagai kebodohan dan kemalasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun