Pandemi Covid-19 hingga saat ini nyatanya bukanlah semakin berkurang. Seiring perkembangan, vaksinasi juga terus dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah juga tetap menghimbau untuk tetap mengikuti protokoler kesehatan.
Sudah tidak bisa dihindari juga, bahwa ada saja orang yang terpapar covid-19. Berbagai faktor yang mengakibatkan terpapar yakni karena ketidaktaatan semua pihak akan pentingnya protokoler kesehatan. Â Akibatnya, pasien yang terpapar haruslah menjalani isolasi, baik di tempat yang telah disiapkan oleh pemerintah hingga isolasi secara mandiri.
Di lingkungan tempat saya berada, seringlah menjadi tempat isolasi mandiri. Tidak hanya sampai di situ saja, setiap kali ada yang isolasi kita juga sering diajak kerja sama untuk memfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan. Hingga saat ini, masih ada yang isolasi dan ini adalah yang ketiga kali.
Menjadi tempat isolasi, sungguh memberikan satu tantangan tersendiri. Banyak orang sering menghimbau untuk tetap hati-hati dan bahkan ada yang menyarankan jangan dihiraukan. Tetapi ada satu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh setiap orang yang bertemu. Pertanyaannya adalah: Apakah Kalian tidak takut terpapar covid-19?
Pertanyaan ini sungguh sederhana namun jika dipikirkan lebih dalam, pertanyaan ini juga mau melihat seperti apa kita melihat covid-19 ini. Secara cepat, saja menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan tidak. Dalam menghadapi pasien yang terkonfirmasi positif covid-19, ini bukanlah sesuatu ancaman yang berarti.
Pada dasarnya saya selalu berpikir, "JAUHI PENYAKITNYA DAN BUKAN ORANGNYA". Menaruh perhatian besar pada penyakit covid-19, sudah sangat semestinya. Namun berhadapan dengan penyakit covid-19, sangatlah diharapkan untuk tetap menaati protokoler kesehatan. Jika protokoler kesehatan dengan disiplin diikuti, maka saya rasa bahwa melayani orang yang terpapar covid-19 bukanlah hal yang ditakuti.
Hal kedua yang tidak kalah penting berhadapan dengan pasien yang terpapar covid-19 adalah "PERHATIAN". Dari hasil sharing pengalaman dari saudara yang menjalani isolasi, saya melihat satu hal yang kadang-kala muncul dalam diri mereka adalah "KETAKUTAN".
Melihat banyaknya korban covid-19 dan cara penanganannya, membuat pasien yang terpapar mengalami kecemasan dan ketakutan. Selain itu, perasaan dijauhi oleh orang-orang di sekitar serta beban moral karena perjumpaan sebelumnya dengan orang lain, semakin menambah kecemasan dan ketakutan. Akibat dari kecemasan dan ketakutan inilah, imun tubuh dapat dengan mudahnya anjlok.
Menyadari hal ini, kita sebagai orang sehat yang berada di sekitar mereka haruslah hadir sebagai orang yang mampu memberi kekuatan untuk mengatasi kecemasan dan membali memberi semangat untuk memulihkan kesehatan. Kehadiran kita di sekitar mereka (tentunya dengan protokoler kesehatan yang ketat), membuat mereka semangat dan imun mereka tetap terjaga.
Pada akhirnya, berhadapan dengan pasien covid-19 bukanlah sebuah aib yang ditakuti. Kehadiran kita disekitar mereka bisa menjadi obat yang mempercepat kesembuhan dan tentunya dengan tetap mengedepankan disiplin protokoler kesehatan. Maka, "JAUHI PENYAKITNYA DAN BUKAN ORANGNYA" menjadi semboyang yang harusnya dikedepankan ketika berhadapan dengan pasien covid-19.
Semoga bermanfaat.
Ya'ahowu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H