SETETES DARAH BERNILAI SATU NYAWA
Jumat siang, HP saya berdering. Tertanyat saya dihubugi oleh pimpinan. Saya kemudian diminta untuk membantu seorang ibu yang membutuhkan sekantong darah. Karena saya sudah lama tidak melakukan transfusi darah, informasi ini memberikan saya satu kesempatan untuk dapat menolong orang lagi.
Sesampai di rumah sakit umum, saya bertemu dengan keluarga pasien dan saya diarahkan ke ruang trasnfusi darah atau Ruang Palang Merah Indonesia (PMI). Sesampai di salam ruangan, seperti biasa dimulai dengan tensi tekanan darah. Mengetahui bahwa tekanan darah normal, kegiatan selanjutnya adalah mengukur tingkat HB darah. HB darah yang juga sangat bagus akhirnya memasuki tes tahap ketiga adalah pemeriksaan kesehatan darah dan ini membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit.
Setelah menunggu lama, petugasnya pun keluar dan mengatakan “Darah bapak layak untuk didonorkan”. Proses pengambilan satu kantong pun berjalan dengan lancar dan saya pun cukup senang. (catatan kecil: mohon maaf kalau istilah medisnya salah ya).
Sekeluar dari ruang transfusi, saya dijumpai kembali oleh keluarga pasien dan hendak memberikan sesuatu. Saya kemudian mengatakan, Terima Kasih! Sampaikan salam dan doaku ke Pasien, semoga ia cepat sembuh dan kembali beraktifitas seperti biasa. Saya kemudian berlalu pergi.
Sesampai di rumah, saya kemudian bertemu dengan bapak yang baru tiba dari kampung dan memberitahukan bahwa saya telah melakukan transfusi darah. Saya kemudian melihat ekspresinya yang mau marah tetapi akhirnya ia hanya mengatakan: “Mengapa engkau seenaknya memberi darah. Itu sangatlah berbahaya!”
Saya kemudian dengan tersenyum dan mulai memberitahukan kepadanya beberapa nilai yang penting serta manfaat dari transfusi darah. Saya mulai dengan mengatakan bahwa sebelum ini, saya sudah enam kali melakukan transfusi darah. Terakhir di Rumah Sakit Kandou Sulawesi Selatan, saat mengikuti kegiatan Indonesia Youth Day (IYD) Tahun 2016 yang lalu. Transfusi darah kali ini adalah yang ke tujuh kali. Ia kemudian seperti tambah kaget mendengar itu.
Saya kemudian melanjutkan memberitahukan bahwa dengan melakukan transfusi darah, ada nilai yang kita perjuangkan di sana. Nilai tersebut adalah:
- Nilai kehidupan. Dengan menyalurkan setetes darah, satu nyawa terselamatkan. Semua manusia berhak untuk hidup, dan kepada orang sehat diberi tanggungjawab untuk menyalurkan hidup kepada orang lain, tanpa mesti mengorbankan diri.
- Nilai persaudaraan. Semua manusia pada dasarnya diciptakan fatalifuso (bersaudara). Maka dengan rasa persaudaraan itu sendiri membuat apa yang dirasakan orang lain, itu adalah perasaan kita sendiri.
- Fatalifuso sebenarnya jika dilihat dari substansi katanya, ini lebih dari sekedar bersaudara. Bersaudara bisa saja karena semarga, sekampung, se-etnis dan lain sebagainya. Akan tetapi, fatalifuso itu jika dieja dari dasar katanya itu memberikan arti memiliki keterkaitan tali pusat. Keterkaitan tali pusat mengandaikan bahwa manusia itu sendiri adalah se-ibu atau atau asal kandungan.
- Nilai persatuan. Nilai persatuan yang diperjuangkan di sini adalah semangat gotong-royong. Dengan adanya persatuan satu sama-lain, semangat untuk saling memberi dan melengkapi kekurangan orang lain, itu adalah bagian dari wujud tanggungjawab fatalifuso (bersaudara).
Selain memperjuangkan ketiga nilai tersebut diatas, saya juga memberitahukan dia beberapa manfaat dari transfusi darah tersebut yang sudah saya alami:
- Kesempatan Cek-Up. Cek-up kepada dokter atau perawat, ini hanya mengandalkan pengakuan kita serta gejala yang kita alami. Namun penyakit yang berangkat dari bagian dalam belum bisa semaksimal dideteksi. Namun dengan melakukan transfusi darah, ini akan melewati proses pemeriksaan darah yang akan mendeteksi penyakit yang ada di dalam darah seperti hepatitis, malaria, dll. Kesempatan ini memungkinkan bahwa jika kita lewat untuk transfusi darah, maka kita dalam kondisi sehat.
- Terhindar dari tekanan darah tinggi. Dengan melakukan trasnfusi darah, tekanan darah dapat dinormalisasi.
- Sel darah yang baru akan bertumbuh. Dengan melakukan transfusi darah, darah yang ada dalam tubuh tentunya berkurang. Namun dengan asupan makanan yang baru, maka sel darah yang baru akan bertumbuh kembali. Tentu, sel darah yang baru ini sangatlah sehat. Dengan demikian, badan pun menjadi terasa sehat dan segar.
Setelah menjelaskan nilai dan manfaat yang didapat dari kesempatan transfusi darah tersebut, ia kemudian dengan lembut bertanya: Apakah engkau juga diberi ganti rugi kesehatan dengan transfusi tersebut? Saya kemudian dengan senyum menjawab: “Saya dengan cuma-cuma mendapat kehidupan, maka saya juga harus memberi dengan cuma-cuma”. Semangat ini merupakan semangat awal sekaligus menjadi wujud tanggungjawab serta implementasi dari iman yang kumiliki.