Mohon tunggu...
Ingatan Sihura
Ingatan Sihura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kebersamaan keluarga suatu kebahagiaan sejati.

If You Don't Learn, You Will Die (Jika Engkau Tidak Belajar, Maka Engkau Akan Mati). Sering Membaca, Sering Menulis Bicara Teratur. Menulis adalah satu minat yang ingin diaplikasikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan dan Pekerjaan Rumah Tangga dalam Budaya Ono Niha

23 Juni 2021   07:55 Diperbarui: 23 Juni 2021   08:34 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Perempuan yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga [Dok. Pribadi]

PEREMPUAN DAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA DALAM BUDAYA ONO NIHA

Seperti kebanyakan orang menganggap, kaum perempuan sering sekali digolongkan sebagai masyarakat kelas dua. Dalam penggolongan seperti ini, tidak jarang bahwa perempuan sering sekali mendapat perlakuan yang tidak senonoh bahkan tidak jarang mendapat kekerasan yang bisa saja berujung kepada kematian. Semua ini dianggap menjadi satu kebenaran bukan karena tidak adanya alasan. Semua ini bermula dari adat istiadat dan kebiasaan manusia pada umumnya.

Tidak terkecuali dalam adat istiadat dan kebiasaan Ono Niha. Pemberian kelas seperti ini juga ada dan bahkan kelas ini harus selalu ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Ketut Wiradnyana dalam bukunya yang berjudul Legitimasi Kekuasaan Pada Budaya Nias menguraikan tingkatan sosial dalam Budaya Ono Niha atau Pulau Nias. 

Dimulai dari Si'ulu dan Si'ila sebagai kelas pertama atau menjadi Tuhenri atau Kepala Kampung. Disusul oleh Siwarawara atau kelompok masyarakat pada umumnya. Sebagai kelompok masyarakat kelas ketiga adalah Binu atau budak. Semua kelas ini diuraikan hanya dalam garis keturunan laki-laki. Hal ini dalam Budaya Ono Niha, laki-laki menjadi "samatohu nga't" atau penerus garis keturunan. Sementara perempuan dikatakan sebagai "samatla banua" atau penerus garis keturunan orang lain.

Buku [Dok. Pribadi]
Buku [Dok. Pribadi]

Lebih lanjut P. Postinus Gul, OSC mengkonkritkan perbedaan kelas laki-laki dan perempuan di dalam Budaya Ono Niha dalam bukunya yang berjudul Bw Dalam Perkawinan Adat ri Moro' Nias Barat. 

Berlatar dalam adat perkawinan, beliau menggambarkan seorang gadis ketika menikah layaknya seperti budak yang dijual. Hal ini tampak pada perjodohan yang dipaksakan hingga mahar yang diminta begitu besar. Sementara laki-laki jika ingin mengikah, ia dengan bebas memilih calon perempuan yang ia mau jadikan sebagai calon istri.

Buku [Dok. Pribadi]
Buku [Dok. Pribadi]

Pengelompokkan dan pemberian kelas ini berlanjut kepada pelaksanaan perkerjaan harian. Laki-laki biasanya hanya fokus untuk melakukan pekerjaan yang katanya berat dan memerlukan tenaga besar seperti memanjat pohon, membelah kayu bakar, dan lain sebagainya. 

Akan tetapi dalam kenyataannya, kadang kala pekerjaan ini bisa juga dilakukan oleh perempuan Nias. Pekerjaan semacam ini akan diambil alih oleh perempuan dalam kadaan terpaksa dikala laki-lakinya tidak lagi berada di rumah (merantau ke tempat lain atau karena sudah meninggal dunia).

Sementara Perempuan pada umumnya mengutamakan melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, menyuci, membersihkan rumah dan merawat anak. Pekerjaan ini tentunya jika dipikirkan secara akal sehat, ini bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang. Justru pekerjaan inilah yang lebih rishi dan membutuhkan banya tenaga dan juga menuntut kesabaran dalam menyelesaikannya.

Pada akhirnya patut dipertanyakan: apakah pekerjaan rumah tangga tersebut hanya bisa dilaksanakan oleh perempuan saja? Tentu Jawabannya, TIDAK! Pekerjaan rumah tangga tersebut juga dapat dilaksanakan oleh laki-laki.

Pekerjaan rumah tangga yang dikerjakaan secara bersama oleh laki-laki dan perempuan dalam keluarga merupakan wujud dari cinta dan rahasia dari perkawinan itu sendiri. 

Laki-laki dan perempuan dipersatukan untuk saling mengasihi, saling melengkapi atau menyempurnakan dan saling menolong dalam berbagai hal. Laki-laki yang membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tidak akan mengalami penurunan kelas dan martabatnya. Justru dengan melakukan pekerjaan rumah tangga, laki-laki semakin menunjukkan dirinya sebagai seorang yang kuat dan penuh tanggungjawab.

Gunungsitoli, 23 Juni 2021

Ya'ahowu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun