Dulu, ketika masa kecil, saya seringkali menonton para petani yang mengolah sawahnya. Mereka begitu teliti. Mereka begitu telaten. Dari mulai menyemai benih padi hingga panen, karena menanam padi gede, para petani harus mengurus padinya hingga enam bulan. Selama itulah mereka mengurus tetanennya secara telaten.
Sebagai anak-anak, saya dan kawan-kawan hanya tahu bermain, menghabiskan rasa suka di sawah. Tak peduli sawah baru ditanami padi baru, ataupun ketika padi sudah mulai menguning. Karena kenakalan anak-anak pda saat itu, kami kerap dimarahi pemilik sawah. Sawah yang usai ditanami padi baru kadang-kadang mengundang selera bermain kami para anak-anak. Di situ ada ikan mas kecil merah, kuning, hijau, hitam, atau putih yang lucu-lucu. Ikan-ikan itu ditanam setelah padi baru ditancapkan dalam tanah yang telah diwuluku. Ikan-ikan itu akan terus berada di sawah hingga padi telah mulai bunting. Ya, selama itulah kami selalu tergelitik untuk mengutil ikan-ikan lucu, yang ujung-ujungnya mengundang marah pemilik sawah. Asyik sekali lari serabutan menyusuri pematang karena dikejar pemilik sawah. Dan, kami kerap mendapat dampratan orang tua karena laporan mereka.
Yang sangat mengasyikkan adalah masa menggaru tanah, setelah panen usai. Inilah kesempatan mandi lumpur sepuasnya. Kadang-kadang jika para penggaru itu baik hati, mereka mengajak kami untuk naik garu yang ditarik dua ekor kerbau. Permainan yang sangat mengasyikkan. Kini, mungkin harus dibeli dengan bayaran cukup mahal, ketika para anak-anak diperkenalkan dengan proses mengolah sawah, dalam acara-acara out bond. Kerbau penarik garu, di daerah kami tidak pernah menggunakan sapi penarik, seperti mengerti dan bahagia jika para penggaru mulai menyanyikan “lagu wajib” ketika menggaru tanah. Binatang-binatang terlatih ini menjadi hilang capainya karena diiringi “haleuang dan hariring” para penggaru. Salah satu bait lagu yang menjadi populer di antara kami para anak-anak adalah kata-kata “kia, kia, damping …….” yang menjadi penutup setiap lagu. Eantah apa isi lagunya, kami anak-anak tak mengerti betul. Jika ingin mendengar lagu para penggaru bisa dicari lagi lagu lama dari Rita Ruby Hartland yang berduet dengan Puput Novel, lagu tahun 70-an!
Ya, kami rindu teriakan “kia, kia, damping …..” karena kini sawah telah mulai dilola menggunakan traktor yang bunyi lagunya sangat monoton dan penuh polusi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H