Mohon tunggu...
beritaupdate
beritaupdate Mohon Tunggu... Jurnalis - stop kekerasan terhadap wartawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis atau pewarta adalah seseorang yang melakukan kegiatan jurnalistik atau orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan/dimuat di media massa secara teratur.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ikuti Sikap JK

21 Mei 2019   22:37 Diperbarui: 21 Mei 2019   23:07 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, saya secara spontan menulis essay sederhana yang saya beri judul "Ikuti Telunjuk JK". Waktu itu, saya menulis pada sesi kampanye pilpres terakhir di SulSel. Kini pilpres telah selesai, bahkan di sebuah opini saya yang terbit di salah satu media cetak pasca hari pencoblosan, saya secara sederhana kembali menulis essay yang saya beri judul "pilpres endgame". Hak konstitusional warga memang telah selesai dan tinggal menanti hasil secara konstitusional pula.

Lalu dini hari kemarin, KPU secara resmi mengumumkan hasil pilpres tahun 2019 dengan hasil pasangan Jokowi-Ma'ruf 55,50% dan Prabowo-Sandi 44,50%. Berarti secara jumlah suara pasangan Jokowi-Ma'ruf berhasil memenangkan pilpres sampai ke fase pengumuman KPU, namun tentu bukan menjadi akhir jika pasangan Prabowo-Sandi akan melanjutkan gugatan sampai ke MK.

Ah, saya tidak mau terlalu jauh membahas hal gugatan tersebut secara teknis, sebab saya memang orang awam untuk hal hukum sedetail itu. Saya lebih suka bicara JK yang punya pengalaman menang dan kalah dalam pilpres. 

Tahun 2004, mendampingi SBY, Pak JK berhasil memenangkan pilpres. Tidak ada reaksi berlebihan dari JK saat itu, dan yang akhirnya kita kenang justru kinerja beliau dengan sematan gelar "the real President". Pak JK menunjukkan cara menang dan langsung bekerja serta mengurus seluruh wilayah dan anak negeri. Pak JK memberikan teladan sebagai pemenang yang membungkuk untuk mengabdi.

Tahun 2009, Pak JK maju sebagai CaPres bersama Wiranto sebagai CaWaPresnya. Hasil pilpres 2009 berbeda dengan 2004, JK-Wiranto dikalahkan oleh pasangan Prabowo-Budiono. Lalu JK balik ke Makassar dengan santai. 

Saya ingat betul saat seorang awak media bertanya "apakah Pak JK akan menggugat hasil pilpres?". Pak JK justru balik bertanya "kenapa harus menggugat?". Awak media tersebut menjawab dengan tanya "bukankah Pak JK dicurangi?". 

Lalu Pak JK menjawab "sepahit apapun sebuah hasil pertandingan, harus dipatuhi, pertandingan harus segera selesai, dan kita kembali bersiap untuk pertandingan berikutnya, 5 tahun lagi". 

Awak media tersebut bertanya sekali lagi "lalu bagaimana dgn kecurangan yang terjadi". Pak JK hanya bercanda "Maradona juga curang dengan gol tangannya, tapi pertandingan harus selesai". Seluruh ruangan menjadi hening sejenak, lalu secara spontan seluruh orang berdiri dan memberi tepukan panjang buat sikap Pak JK.

Kini, seharusnya banyak orang mulai tersadar, mengapa sejak awal tak mengikuti telunjuk JK. Namun tentu belum terlambat untuk mengikuti sikap Pak JK. Pilihan telunjuk mungkin dapat berbeda dengan variasi jempol yang membedakannya. 

Pak JK tentu juga tak mau ambil pusing dengan pilihan berbeda tersebut. Namun jika sikap kita dalam merespon soal menang-kalah dalam pilpres, juga sudah sangat sulit untuk mengikuti Pak JK, maka tak usah heran jika "taro ada taro gau" kita saat ini memang sebetulnya sudah bergeser jauh dari makna aslinya. 

Kita juga mungkin sudah tak memaknai "siri" seperti makna aslinya, sebab siri' hari ini kita tafsirkan "kalah adalah aib". Padahal pemenang terbesar sebuah kontestasi pilpres sesungguhnya adalah si kalah yang dengan tegap memberi ucapan selamat kepada si menang. Jika tak percaya, silahkan belajar dan tanyakan ke Pak JK.

Kontestasi pilpres adalah partai perang saudara, bukan perang melawan musuh yang bukan saudara. Sesengit apapun perang saudara, malamnya pasti tidur sekasur kembali. Sesengit apapun perang saudara, esoknya pasti sarapan semeja kembali. Begitulah esensi pilpres yang sesungguhnya. Lawan kita adalah saudara sebangsa dan setanah air. Bukan melawan musuh asing atau kompeni bangsa lain. Pahamilah hal tersebut, seperti yang telah ditunjukkan oleh sikap kenegarawan seorang JK.

Apa memang kubilang sejak awal, ikuti telunjuk JK, atau kini setidaknya, ikuti sikap Pak JK. Menanglah dengan cara membungkuk untuk mengabdi dan kalahlah dengan tetap berdiri tegap secara terhormat sembari memberi ucapan selamat kepada saudara kita sendiri. Bergandeng tanganlah segera menuju kasur yang sama, esok kita kembali sarapan bersama, lalu kita kembali berbuat untuk negeri dengan cara kita masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun