3. Kondisi Properti
Kondisi fisik properti yang Anda beli sangat memengaruhi besarnya biaya pemeliharaan dan perbaikan di masa depan. Properti baru biasanya memerlukan lebih sedikit biaya pemeliharaan, sementara properti lama mungkin membutuhkan renovasi yang signifikan sebelum bisa disewakan atau dijual. Inspeksi properti secara mendetail sebelum membeli sangat penting untuk menghindari kejutan di kemudian hari.
Pastikan Anda memeriksa struktur bangunan, instalasi listrik, saluran air, serta keamanan bangunan. Jika Anda berinvestasi di apartemen atau perumahan, periksa juga fasilitas yang tersedia dan kondisi umum lingkungan sekitar.
4. Aspek Legal dan Dokumen
Legalitas properti adalah faktor yang tidak bisa diabaikan. Pastikan properti yang Anda beli memiliki dokumen-dokumen yang sah dan lengkap, seperti Sertifikat Hak Milik (SHM), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Membeli properti tanpa legalitas yang jelas dapat menimbulkan masalah di masa depan, termasuk risiko kehilangan hak atas properti tersebut.
Selain itu, periksa apakah ada sengketa atau masalah hukum lain terkait properti tersebut. Sebaiknya, konsultasikan dengan notaris atau ahli hukum properti untuk memastikan semua dokumen dan legalitas sudah beres.
Baca juga:Â Memahami Jenis-Jenis Sertifikat Properti di Indonesia
5. Sumber Pendanaan
Memahami sumber pendanaan adalah faktor penting dalam investasi properti. Apakah Anda akan menggunakan dana pribadi, ataukah membutuhkan pembiayaan dari bank? Jika menggunakan KPR (Kredit Pemilikan Rumah), perhatikan bunga, tenor, dan syarat-syarat lain yang berlaku. Selain itu, hitung dengan cermat kemampuan finansial Anda, termasuk potensi pendapatan dari properti tersebut, apakah cukup untuk menutupi cicilan atau tidak.
Jika Anda berencana menyewakan properti, pastikan pendapatan dari sewa mampu menutupi setidaknya sebagian besar biaya cicilan dan perawatan properti. Ini akan membantu Anda menjaga arus kas positif selama masa investasi.
6. Target Pasar