Mohon tunggu...
achmad yusuf
achmad yusuf Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Official page of Infonitas.com - Info Komunitas Online Megapolitan Visit our website http://www.infonitas.com/ Follow Twitter @Infonitascom Infonitas ialah sebuah situs berita komunitas online di beberapa daerah terpilih se-Jabodetabek, sekaligus sebagai SARANA PROMOSI yang efektif dan efisien! Info lebih lanjut hubungi: Kantor Kelapa Gading: Komplek Bukit Gading Indah Blok K/27 Jl. Bukit Gading Raya, Kelapa Gading Jakarta Utara (021) 458 458 85 Kantor Serpong: Ruko Sutera Niaga 3 Blok C/6 Jl. Raya Serpong, Serpong Tangerang (021) 5312 7676

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Raheni Eviyanti, Berjuang Melawan Kanker

20 Oktober 2014   20:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:21 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KELAPA GADING - Pada media 2005, Tuhan memberi ujian. Darah menetes dari kemaluanku. Kukira, itu hal yang normal. Mungkin, sisa-sisa proses menstruasi. Aku tidak terlalu khawatir. Namun, kejadian ini berulang untuk kali kedua. Rasa panik mulai menyerang. Terlebih, pasca kejadian, masa menstruasi berlangsung lebih lama hingga 15 hari. Darah yang keluar pun lebih banyak. Lalu, suami bergegas mengajakku memeriksakan diri ke dokter.

Ternyata, hasilnya sungguh diluar dugaan. Dokter memvonisku mengidap kanker serviks stadium 2B. Lantas, dia menganjurkan untuk segera melakukan operasi. Aku menangis sejadi-jadinya. Begitu pun dengan suami dan anak-anak.

Semangat hidup perlahan terkikis. Mengapa penyakit ini harus bersarang di tubuhku? Rasa pesimis muncul. Aku merasa hidupku tidak lama lagi. Pasalnya, kakek, nenek, dan budeku meninggal karena kanker. Lalu, untuk apa melakukan operasi bila hasil akhirnya sudah kuketahui.

Alhasil, aku yang dulu aktif berubah menjadi sosok pemurung. Bahkan, saking kalutnya, tak jarang, aku sampai tidak makan seharian. Aku berharap Tuhan segera mengambil nyawaku agar hidupku tidak menjadi beban keluarga.

Dalam kekalutan itu, suami dan kedua anakku hadir bak sosok juru penyelamat. Mereka terus memberi motivasi agar aku mau menjalani operasi. Akhirnya, karena rasa cinta, aku menuruti  semua permintaan mereka.

Usai operasi, dokter meminta untuk melanjutkan pengobatan ke proses kemoterapi sebanyak tiga kali. Lagi-lagi, aku menolak. Aku takut. Sebab, rasanya pasti sangat menyiksa. Terlebih, pasca operasi. Namun, karena cinta keluarga, aku kembali menuruti.

[caption id="attachment_5383" align="alignright" width="300" caption="Berjuang Melawan Kanker"] [/caption]

Ternyata benar. Usai melakukan kemoterapi, sekujur tubuh terasa panas. Aku tidak bisa mengonsumsi makanan apapun. Setiap kali makan, pasti muntah. Hingga, aku memohon kepada dokter untuk tidak melanjutkan proses kemoterapi selanjutnya.

Lantas, bukan menyetujui, dokter malah memarahiku. “Terserah kalau memang ibu tidak sayang pada diri sendiri dan keluarga tidak perlu dikemoterapi,” kenang Raheni menirukan perkataan dokter kala itu. Aku seperti tercambuk dengan kata-kata dokter itu. Semangat untuk sembuh kian membara. Akhirnya kujalani semua proses itu.

Efeknya, bertambah parah. Tubuhku terasa semakin lemas. Terlebih, setelah proses kemoterapi ketiga. Aku sempat tidak lagi mengenal siapapun kecuali suami. Beruntung, itu tidak berlangsung lama. Sesudahnya, aku terus menjalani pengobatan rutin dan check up setiap satu kali dalam satu tahun.

Hingga pada awal 2009, dokter mengatakan aku sembuh dari kanker. Allah SWT masih memberiku kesempatan hidup. Kini, di usia ke-51 tahun, aku akan habiskan sisa hidup untuk mendekatkan diri pada-Nya dan memperbaiki kesalahan pola hidup pada masa lalu.

Reporter : M. Fahri Huseini

Fotografer : Budi Hermawan

Editor : Wahyu Arif Hidayat

Sumber : infonitas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun