PLUIT KAPUK - Lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai SMA di Pantai Indah Kapuk dan Pluit, Jakarta Utara saling berlomba untuk menelurkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mendorong peningkatan kemampuan keterampilan. SMA Tarakanita Pluit, misalnya, telah menyiapkan program untuk mendukung sejumlah muridnya untuk menjadi generasi yang siap bersaing di era globalisasi.
Kepala Sekolah SMA Tarakanita Pluit Fransiscus Asisi Suyono menjelaskan, pihak sekolah selalu menekankan kemampuan hati dan kepribadian baik kepada seluruh murid. Sehingga tak hanya mementingkan kemampuan intelektual.
“Sebagai kepala sekolah, saya membuat program pembelajaran yang selalu membuat anak-anak gembira berada di sekolah,” ujarnya.
Australian School Sacred Heart juga melakukan hal serupa, tapi beda cara. Pihak sekolah selain mengajarkan teori, juga praktik di lapangan
dengan belajar langsung dari alam. “Di Australian School Sacred Heart ini memilih kurikulum kreatif. Karena di Indonesia terbiasa dengan kurikulum dan strategi yang biasa saja. Hasil anak didik dan output-nya tidak mecukupi sehingga menjadi masalah nasional. Kami ingin menjawab itu, menampilkan strategi yang berbeda,” jelas Wellen Sosie, kepala sekolah Australian School Sacred Heart.
Tak mau kalah, lembaga pendidikan nonformal juga memberikan pembelajaran lain di luar yang bersifat akademis. Lembaga kursus bahasa Mandarin Huang Ting mengajarkan kepada murid berbagai jenis kerajinan khas Tionghoa, selain pengajaran bahasa.
“Kami menerapkan sistem belajar yang fun dan total immersion dengan metode learning by doing. Maksudnya, murid tidak hanya belajar bahasa Mandarin, tetapi diajarkan membuat kerajinan tangan khas Tiongkok, yaitu bikin angpau, anyaman simpul untuk acara Imlek dan sebagainya,” jelas Dedy Bahagiadi, direktur Huang Ting.
Melihat itu, Alexis Hughes, lead teacher SPH International Pluit Village, berpendapat para guru kini dipandang perlu untuk terus mereformasi cara mengajar dalam merespons kebutuhan peserta didik pada abad ke-21.
“Tanggung jawab guru tidak hanya membuat murid pintar secara akademis, tetapi mereka juga punya tugas membangun moralitas, kepercayaan diri, sekaligus mengayomi murid,” tegas Joe Hendarmin, pemilik lembaga bimbingan belajar Bridge.
Reporter : Purwanto/M.Fikri Foto : Istimewa Editor : Azis Faradi Sumber : Infonitas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H