“Salah Ibu datangnya mepet waktu tutup,”katanya lagi.
“Anak saya sakit Pak, jadi menunggu ia bisa ditinggal,” jawab saya.
“Ya udah sini, memang ada berapa paket?” sambil melihat saya dengan sinis.
“Hanya 2 Pak,” sambil saya menyerahkan 2 karung paket.
“Liat aja ya Bu tanda di komputer, biasanya lewat waktunya gak bisa kirim”
“Semoga bisa”
Dan ternyata pengirima kedua paket saya masih bisa diproses oleh komputer pos. Lega rasanya walau sedikit merasa kesal dengan pelayanan petugas pos yang kurang ramah.
Sopie berharap, pelayanan publik di Indonesia mengutamakan kepuasan pelanggan. Selama ini Layanan Masyarakat masih sangat jauh dari harapan konsumen. Seperti saat mengantri di loket PUSKESMAS, tidak ada senyuman ramah dari petugas loket, tidak ada sapaan hangat terhadap pasien, tidak ada ucapan yang menenangkan keluarga pasien.
Semua petugas bermuka masam, ketus, bicaranya pelit dan tidak ada basa basinya. Karena itu, saya lebih suka pergi ke rumah sakit dengan pelayanan yang mengutamakan kepuasan pelanggan. Mulai dari SATPAM sudah menegur dengan ramah, pihak pendaftaran pun mukanya ceria dengan senyuman mengembang dan suster serta dokter pun sangat memuaskan pelayanannya.
Kepala Biro Hukum LPK "Yudha Putra" Drs Oktrivian, menilai seharusnya Layanan Publik Pemerintah harus lebih baik. Bagaiaman seseorang sedang sakit yang diperlukan kenyamanan dan perhatian penuh dan merupakan sebuah sugesti besar terhadap penyembuhan sakitnya, namun terhambat menghadapi birokrasi dan lemahnya layanan.
"Petugas pelayanan publik seharusnya belajar dari mini market kecil, atau loket bank, yang sekarang sedang menjamur di pelosok daerah. Dengan slogan, Senyum, Sapa, Salam, akan menjadi magnet tersendiri agar konsumen datang kembali untuk berbelanja walaupun harganya di atas harga toko biasa tapi dengan keramahan yang ditawarkan akan membuat konsumen merasa dihargai atas kedatangannya untuk berbelanja," tegas Oktrivian.