Sejumlah berita dan atikel di media massa (surat kabar, majalah, TV dan radio), media online/portal berita da media sosial serta web atau situs online menyebutkan tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang mereka sebut terkait dengan HIV/AIDS.
Seperti di situs ayosehat.kemkes.a.id (31 Jul 2023): Tanda-tanda Gejala HIV. Penting untuk mengenali tanda-tanda awal infeksi HIV agar dapat segera mendapatkan perawatan yang tepat. Beberapa tanda gejala HIV yang umum muncul pada tahap awal.
Celakanya tidak ada penjelasan tentang: kapan, siapa, mengapa dan bagaimana ciri-ciri itu pada seseorang bisa terkait dengan HIV/AIDS.
Tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang mereka sebut terkait dengan HIV/AIDS, antara lain (menurut abjad dari berbagai sumber):
- Demam
- Diare
- Hilang nafsu makan
- Keringat tengah malam
- Lelah
- Nyeri otot
- Nyeri sendi
- Mual
- Muntah
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Ruam kulit
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Sariawan
Celakanya, berita dan artikel yang menyebut tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri terkait dengan HIV/AIDS tapi tidak menyebutkan kondisi yang membuat tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri tersebut terkait dengan HIV/AIDS.
Baca juga: Informasi Ciri HIV/AIDS yang Menyesatkan dan Bikin Masyarakat Panik (Kompasiana, 4 April 2021)
Soalnya, tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang mereka sebut terkait dengan HIV/AIDS itu juga terjadi karena penyakit-penyakit yang sama sekali tidak terkait dengan HIV/AIDS.
Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian di Kota Jogja, DIY, ada warga yang sudah jalani tes HIV dengan hasil positif tapi mereka menyangkal (denial).
Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Terkait dengan Infeksi HIV/AIDS (Kompasiana, 6 April 2021)
Menurut Endang (Kepala Dinkes Kota Jogja Emma Rahmi Aryani-pen.), dalam upaya mencapai target tersebut pihaknya juga mengalami kendala. Yakni belum adanya kemauan dari penderita.
Misal karena masih menyangkal lantaran belum ada gejala meski sudah terinfeksi atau takut dengan stigma sosial. Ini ada dalam berita "Baru Sentuh 54 Persen! Kesadaran Penderita HIV/AIDS di Kota Jogja Untuk Berobat Masih Rendah, Dinkes Ungkap Penyebabnya" (radarjogja.jawapos.com, 10 Desember 2024).
Itulah dampak buruk penyebutan tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang terkait dengan HIV/AIDS tapi tidak memberikan kondisi siapa, mengapa dan bagaimana hal itu terjadi pada seseorang.
Maka, tanpa tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang mereka sebut terkait dengan HIV/AIDS tersebut bisa terjadi pada seseorang jika pernah atau sering melakukan perilaku berisiko, yaitu:
Sejatinya, yang disebut ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala terkait dengan HIV/AIDS jika yang mengalaminya pernah atau sering melakukan perilaku seksual dan nonseksual berisiko, yaitu:
- Laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang berganti-ganti, di dalam dan di luar nikah, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, karena bisa saja salah satu perempuan tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
- Perempuan dewasa melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti, di dalam dan di luar nikah, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, karena bisa saja salah satu laki-laki tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
- Laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung (kasat mata) dan PSK tidak langsung (tidak kasat mata), dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, karena bisa saja PSK tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
Dua tipe PSK, yaitu:
(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan, dan
(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, cewek prostitusi online, dan lain-lain.
- Perempuan dewasa melakukan hubungan seksual dengan gigolo dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom, karena bisa saja gigolo tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
- Laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual (anal) dengan Waria dengan kondisi laki-laki (yang menganal) tidak memakai kondom, karena bisa saja Waria tersebut mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS.
Sedangkan perilaku nonseksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:
- Menyusu air susu ibu (ASI) kepada perempuan yang mengidap HIV/AIDS,
- Menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV, dan
- Memakai jarum suntik serta tabungnya secara bersama-sama dengan bergiliran dan bergantian, terutama pada penyalahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) karena bisa saja salah satu dari mereka mengidap HIV/AIDS sehingga darah yang mengandung HIV/AIDS masuk ke jarum dan tabung kemudian disuntikkan yang lain ke tubuhnya.
Padahal, jika seseorang pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual dan nonseksual berisiko di atas, maka ada risiko tertular HIV/AIDS, tapi tidak otomatis ada tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang terkait dengan HIV/AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan.
Bahkan, pada sebagian orang yang sudah tertular HIV/AIDS tidak pula otomatis ada tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang terkait dengan HIV/AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan.
Sebaliknya, jika seseorang mengalami salah satu atau beberapa atau sekaligus semua tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang disebut terkait dengan HIV/AIDS tapi tidak pernah melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual dan nonseksual berisiko di atas, maka tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri sama sekali tidak terkait dengan HIV/AIDS.
Baca juga: Menggugat Peran Pers Nasional dalam Penanggulangan AIDS di Indonesia (Kompasiana, 9 Februari 2018)
Sudah saat pemerintah dan jajarannya lebih arif dan bijaksana dalam memberikan statement ke media terkait dengan tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang disebut terkait dengan HIV/AIDS.
Begitu juga dengan media agar lebih hati-hati agar tidak menyebarluaskan informasi yang misleading (menyesatkan) dan bersifat hoaks (informasi bohong). <>
* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H