Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Informasi di Karikatur Berita Ini Salah Kaprah

2 Desember 2024   15:05 Diperbarui: 2 Desember 2024   15:11 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah langkah di hilir, pada saat yang sama insiden infeksi HIV baru terus terjadi di hulu, terutama pada laki-laki melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK) langsung (kasat mata) atau PSK tidak langsung (tidak kasat mata), seperti cewek prostitusi online.

Matriks: Tes HIV adalah program penanggulangan HIV/AIDS di hilir. (Sumber: Dok. Syaiful W. Harahap)
Matriks: Tes HIV adalah program penanggulangan HIV/AIDS di hilir. (Sumber: Dok. Syaiful W. Harahap)

Nah, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sampai detik ini tidak mempunyai program yang konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV pada laki-laki dewasa melalui hubungan sekual dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung.

Maka, adalah mustahil bisa nol infeksi HIV baru di Indonesia pada tahun 2030 karena pelanggan PSK banyak. Studi Kemenkes mencatat hingga akhir tahun 2012 ada 6,7 juta pria Indonesia yang menjadi pelanggan PSK, sehingga pria menjadi kelompok yang paling berisiko tinggi untuk menyebarkan HIV/AIDS (bali.antaranews.com, 9/4/2013). Yang bikin miris 4,9 juta di antara 6,7 pria itu mempunyai istri. Itu artinya ada 4,9 juta istri yang berisiko tertular HIV/AIDS dari suaminya.

Apakah Kemenkes bisa menjangkau 6,7 juta pria pelanggan PSK ini? Kalau tidak itu artinya target nol infeksi HIV baru tahun 2030 hanya bualan belaka.

HIV Senior Advisor dari Monitoring dan Evaluation USAID Bantu II Aang Sutrisna, mengatakan: .... tentang pengetahuan publik tentang HIV/AIDS serta dua perilaku yang menjadi faktor risiko, yakni hubungan seks serta penggunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif (napza).

Ini perlu diluruskan, hubungan seksual seperti apa yang berisiko jadi media penularan HIV/AIDS?

Apakah mengacu ke materi berita "ANTARA" ini, yaitu seks bebas?

Risiko penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik pada penyalahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) harus secara bersama dan bergantian memakai jarum suntiknya. Selain itu penyebutan 'napza' sudah ketinggalan zaman karena sudah dipisan jadi Narkoba dan Psikotropika. Tidak semua zat adiktif masuk kategori narkotika.

Sejatinya harus dipertegas pengetahuan seperti apa yang diketahui masyarakat terkait dengan HIV/AIDS?

Jangan-jangan hanya sebatas mitos, seperti informasi dalam ilustrasi berita ini yang menyebut seks bebas risiko kena HIV/AIDS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun