Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kasus HIV/AIDS pada PSK di Sulawesi Selatan Jauh Lebih Miris daripada Kasus di Kalangan Pelaku Seks Sesama Pria

25 November 2024   07:07 Diperbarui: 25 November 2024   08:23 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: khou.com)

Jika istrinya tertular HIV/AIDS, maka ada risiko penularan vertikal kepada bayi yang dikandungnya, terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Dalam berita Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, M. Ishaq Iskandar, mengatakan sebanyak 40 hingga 45 persen kasus HIV/AIDS akibat perilaku lelaki seks lelaki (LSL). Sementara wanita tuna susila (WTS) hanya sekitar 39 persen.

Dengan persentase 40-45 persen kasus HIV/AIDS pada LSL (lelaki suka seks lelaki) merupakan kabar baik karena risiko penyebaran HIV/AIDS rendah. Tapi, kasus pada wanita tuna susila (WTS), istilah ini sudah tidak dianjurkan dan diganti dengan pekerja seks atau pekerja seks komersial, yang mencapai 39 persen merupakan 'lampu merah' bagi Sulsel karena ada 638 PSK pengidap HIV/AIDS.

Berbagai studi menunjukkan rata-rata seorang PSK setiap malam melayani 3-5 laki-laki. Maka, dalam satu malam saja ada 1.914 -- 3.190 laki-laki di Sulsel yang berisiko tertular HIV/AIDS jika mereka tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK.

Sayang, Dinkes Sulsel dan wartawan yang menulis berita ini tidak membawa data ini ke realitas sosial. Selain itu dalam berita juga tidak ada informasi tentang jumlah pria heteroseksual, istri dan bayi yang mengidap HIV/AIDS.

Mendeteksi kasus HIV/AIDS pada populasi kunci adalah langkah di hilir yaitu pada warga yang sudah tertular HIV/AIDS. Bisa jadi sebelum mereka terdeteksi ada yang sudah menularkan HIV/AIDS ke orang lain, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Yang diperlukan adalah langkah di hulu yaitu menurunkan insiden infeksi HIV pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK.

Matriks. Perilaku seksual laki-laki berisiko tertular HIV/AIDS yang tidak terjangkau. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks. Perilaku seksual laki-laki berisiko tertular HIV/AIDS yang tidak terjangkau. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Celakanya, sekarang praktek PSK ada dalam jaringan (daring) melalui Ponsel sehingga tidak bisa dijangkau. Itu artinya insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi, sementara itu warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Baca juga: Menunggu Inovasi dan Gagasan Penanggulangan HIV/AIDS di Sulawesi Selatan (Kompasiana, 23 Juli 2022)

Penularan terjadi tanpa disadari karena warga, terutama laki-laki, pengidap HIV/AIDS tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV/AIDS karena tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang khas HIV/AIDS pada fisik mereka sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART). Selain itu tidak ada pula keluhan kesehatan yang khas HIV/AIDS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun