Nah, warga Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama laki-laki dewasa yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi, jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS. Penyebaran terjadi tanpa disadari karena warga Lombok Timur pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi tidak otomatis mengalami gejala-gejala, tanda-tanda atau ciri-ciri yang khas AIDS. Mereka juga tidak mengalahi keluhan kesehatan yang terkait dengan HIV/AIDS.
Maka, jika tidak ada program Pemkab Lombok Timur yang komprehensif untuk mendeteksi warga pengidap HIV/AIDS penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi. Salah satu indikasinya adalah jumlah bayi yang lahir dengan HIV/AIDS dan jumlah ibu rumah tangga (IRT) yang mengidap HIV/AIDS.
Dalam berita disebutkan pelayanan dan pengobatan, yang perlu diingat pengobatan HIV/AIDS adalah langkah di hilir yang terhadap warga yang sudah tertular HIV/AIDS, bahkan juga bisa jadi mereka, terutama laki-lali dewasa, sudah menularkan HIV/AIDS ke orang lain.
Jika suami menularkan ke istri, maka ada pula risiko penularan HIV/AIDS dari ibu-ke-bayi yang dikandungnya, terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI). Bahkan ada laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu, dan mempunyai pasangan seks lain juga jadi pelanggan pekerja seks.
Maka, yang diperlukan adalah langkah penanggulangan di hulu yaitu menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan pekerja seks.
Yang perlu diingat PSK ada dua tipe, yaitu:
(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan. Tapi, sejak reformasi ada gerakan moral menutup semua lokalisasi pelacuran di Indonesia sehingga lokaliasi pelacuran pun sekarang pindah ke media sosial. Transaksi seks pun dilakukan melalui ponsel, sedangkan eksekuasinya dilakukan sembarang waktu dan di sembarang tempat. PSK langsung pun akhirnya 'ganti baju' jadi PSK tidak langsung.
(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, pemandu lagu, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, dan cewek PSK online. Transaksi seks terjadi melalui berbagai cara, antara lain melalui ponsel.
Disebutkan dalam berita: Semua orang berisiko terinfeksi HIV. Ini tidak benar karena tidak semua orang berisiko tertular HIV/AIDS! Ini fakta!
Yang berisiko tertular HIV/AIDS melalui perilaku seksual berisiko, adalah:
- Laki-laki dan perempuan dewasa, yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,
- Laki-laki dewasa, yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi dengan seseorang yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,
- Perempuan dewasa, yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi gigolo dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom.