Mengapa hal itu bisa terjadi?
Ya, tentu saja karena selama STY menangani timnas sejak 28 Desember 2019 secara faktual tidak ada hasil yang berarti yaitu menjadikan setiap pesepakbola pribumi mempunyai kemampuan khusus.
Baca juga: Hiperrealitas Terkait dengan Shin Tae-yong dan Pemain Naturalisasi (Kompasiana, 10 Mei 2024)
Setiap pemain sepak bola top dunia, sebut saja Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, masing-masing mempunyai keunggulan. Ronaldo terkenal dengan jumlah gol melalui tendangan dan sundulan, sementara Messi terkenal dengan tendangan bola mati. Pelatih tidak pernah mendorong Messi agar juga jago menyundul bola.
Nah, apakah STY melatih pesepakbola pribumi berdasarkan kemampuan individual mereka?
Dalam beberapa laga jika kalah STY selalu mencari kambing hitam: penyelesaian akhirlah, itulah, inilah .... dan seterusnya.
Mengapa STY tidak melatih pesepakbola pribumi agar piawai cetak gol dengan penyelesaian akhir di mulut gawang lawan?
Ini yang jadi pertanyaan besar, seperti apa sebenarnya program STY terkait dengan timnas Indonesia?
Bukankah STY dikontrak untuk melatih pesepakbola pribumi?
Jika bertolak dari fakta jumlah pemain naturalisasi yaitu 14 tentulah STY tidak membutuhkan pemain prubumi lagi karena itu sudah cukup sebagai skuad tim.
Sudah saatnya PSSI lebih arif dan bijaksana dalam menjalankan program untuk menjadikan tim sepak bola nasional, baik kelompok umur dan tim senior, dengan pemain-pemain nasional yang bukan naturalisasi. <>