Yang perlu diingat PSK ada dua tipe, yaitu:
(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan. Tapi, sejak reformasi ada gerakan moral menutup semua lokalisasi pelacuran di Indonesia sehingga lokaliasi pelacuran pun sekarang pindah ke media sosial. Transaksi seks pun dilakukan melalui ponsel, sedangkan eksekuasinya dilakukan sembarang waktu dan di sembarang tempat. PSK langsung pun akhirnya 'ganti baju' jadi PSK tidak langsung.
(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, pemandu lagu, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, dan cewek PSK online. Transaksi seks terjadi melalui berbagai cara, antara lain melalui ponsel.
Tanpa langkah konkret di hulu, maka insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi di Kota Solo. Laki-laki yang tertular HIV/AIDS dan tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Dalam berita disebutkan: Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Solo Widdi Srihanto menjelaskan, temuan tahun ini mengalami penurunan dibanding periode yang sama, 2023 lalu.
Pernyataan ini menyesatkan karena tidak ada penjelasan mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi?
Selain itu temuan kasus yang turun tidak otomatis karena jumlah kasus di masyarakat turun atau berkurang. Bisa saja karena penjangkauan yang rendah dan fasilitas kesehatan (Faskes) hanya pasif yaitu menunggu warga yang sakit berobat lalu diterapkan pendekatan dengan konseling yang berujung tes HIV yang diprakarsai oleh tenaga medis (PITC - Provider Initiated HIV Testing and Counseling).
Ada lagi pernyataan: Kendati demikian, KPA mengakui terkadang ada pasien yang tidak terdeteksi karena pindah domisili. Akhirnya tidak lagi termonitor oleh pemerintah.
Pernyataan ini juga menyesatkan karena pasein dengan HIV/AIDS jelas sudah terdeteksi, hanya saja ada yang pindah tanpa memberitahu sehingga putus komunikasi yang mengganggu pengobatan dengan obat antiretriviral (ART).
Dalam berita tidak ada informasi tentang ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS dan bayi yang lahir dengan HIV/AIDS.
Dalam dunia jurnalistik data ini perlu karena jika dibawa ke ralitas sosial akan menunjukan epidemi yang nyata, yaitu suami yang menularkan dan program pencegahan penularan dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.