"Jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan total 1.058 kasus terlapor sejak 2007 hingga 2024, melampaui target yang ditetapkan pemerintah pusat." Ini lead di berita Strategi Dinkes Kota Ternate, Malut, Menuju "Three Zero" 2030 (infopublik.id, 30/10/2024).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di lead berita di atas, antara lain:
Pertama, cara pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan cara kumulatif yaitu kasus baru ditambah kasus lama sehingga jumlahnya akan terus bertambah,
Kedua, disebutkan 'kasus terlapor' ini tidak akurat karena kasus HIV/AIDS yang dilaporkan merupakan kasus HIV/AIDS yang terdeteksi melalui berbagai cara,
Ketiga, yang perlu diingat kasus yang dilaporkan (1.058) tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di Kota Ternate, karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).
Keempat, dalam berita tidak ada penjelasan tentang rincian kasus HIV/AIDS, karena persoalan besar pada epidemi HIV/AIDS adalah kasus HIV/AIDS pada suami karena ada risiko penyebaran HIV/AIDS secara horizontal ke istrinya, bahkan ada laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu.
Jika istri tertular HIV/AIDS, maka ada pula risiko penularan vertikal dari ibu-ke-bayi yang dikandungnya, terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).
Selain itu ada pula pasangan seks lain, seperti selingkuhan dan pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung serta cewek prostitusi online.
Celakanya, dalam berita program pencegahan disebutkan oleh Dinas Kesehatan Ternate berfokus pada sosialisasi pencegahan HIV/AIDS kepada komunitas-komunitas berisiko dan masyarakat umum, termasuk perguruan tinggi. Â
Kasus HIV/AIDS pada komunitas berisiko, remaja dan mahasiswa ada di terminal terakhir, itu sebabnya yang potensial menyebaran HIV/AIDS adalah laki-laki dewasa heteroseksual dan biseksual.
Dalam berita tidak ada penjelasan yang komprehensif tentang upaya untuk menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, kasus infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK dan cewek prostitusi online. Itu artinya penyebaran HIV/AIDS di Kota Ternate akan terus terjadi secara diam-diam yang merupakan silent disaster (bencana terselubung).
Disebutkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Ternate melalui Penanggung Jawab Program HIV/AIDS, Hamida: "Three zero di tahun 2030 adalah zero infeksi baru, zero kematian karena HIV serta zero diskriminasi."
Baca juga: Hari AIDS Sedunia 2019: Bualan, Indonesia Bebas Infeksi HIV Baru Tahun 2030 (Kompasiana, 1 Desember 2019)
Adalah hal yang mustahil 'zero infeksi baru' di Kota Ternate karena epidemi HIV/AIDS tidak mengenal batas daerah, wilayah bahkan negara secara fisik dan adiministrasi. Maka, bisa saja ada warga Kota Ternate yang melakukan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS di luar Kota Ternate, sebaliknya ada pula warga pengidap HIV/AIDS dari daerah atau negara lain yang melakukan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS di Kota Ternate.
UNAIDS, badan PBB yang menangani masalah HIV/AIDS, sendiri sudah angkat tangan terkait dengan sesumbar 'three zero' di tahun 20230.
Baca juga: Kegagalan Dunia Capai Nol Infeksi HIV Baru Tahun 2030 Bukan Karena Stigma dan Diskriminasi (Kompasiana, 25 Juli 2024)
Tanpa program yang riil, maka insiden infeksi HIV baru di Kota Ternate akan terus terjadi yang selanjutnya penyebaran HIV/AIDS bak 'bok waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS.' <>
* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H