Itu artinya KIE tentang HIV/AIDS justru membawa banyak orang, terutama remaja dan usia produktif, ke jurang nista yaitu melakukan perilaku seksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.
Sejatinya yang jadi persoalan besar pada epidemi HIV/AIDS adalah kasus pada ibu rumah tangga karena ini menunjukkan sudami mereka pengidap HIV/AIDS yang potensial menyebarkan HIV/AIDS di masyarakat, turutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Tidak sedikit laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu, juga punya pasangan seks lain, seperti pekerja seks komersial (PKS).
Ibu-ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS dari suami dalam ikatan pernikahan yang sah berisiko menularkan HIV/AIDS ke bayi yang dikandungnya terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).
Baca juga: AIDS pada Usia Produktif di Yogyakarta bukan Ironis tapi Realistis (Kompasiana, 7/9/20218)
Tapi, banyak kalangan, seperti pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten dan kota, terutama melalui instansi terkait lebih mementingkan berita yang sensasional dan bombastis daripada berita yang bisa jadi agent of change dengan mengutamakan why dan how.
Selain itu HIV/AIDS pada remaja dan usia produktif secara empiris ada di terminal terakhir karena mereka tidak mempunyai pasangan tetang (baca: istri). Bandingkan dengan suami yang justru bisa jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat.
Agaknya, kalangan suami (baca: dewasa) memilih  menyerang remaja dan usia produktif untuk menutupi kebobrokan moral mereka dengan indikator kasus HIV/AIDS pada istri (ibu rumah tangga).
Data yang dilansir Website HIV PIMS Indonesia menunjukkan dari tahun 1987 sampai 31 Maret 2023 jumlah ibu rumah tangga dengan kasus AIDS (20.783( menempati peringkata ke-3 secara nasional di belakang karyawan (25.119) dan tidak diketahui (38.796). <>
* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H