Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kasus HIV/AIDS pada Remaja dan Usia Produktif Dijadikan Berita yang Sensasional dan Bombastis

16 Oktober 2024   09:48 Diperbarui: 16 Oktober 2024   10:29 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matriks: Risiko penyebaran HIV/AIDS pada remaja dan laki-laki beristri. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

 5. Prominence, peristiwa atau kejadian yang terkait dengan ketenaran

 6. Human interest, peristiwa atau kejadian yang terkait dengan kemanusiaa

Kalau hanya menjadikan informasi tentang kasus HIV/AIDS pada remaja dan usia produktif sebagai berita yang sensasional (KBBI: bersifat menggemparkan) dan bombastis (KBBI: bersifat omong kosong) tentulah tidak mencapai sasaran sebagai agent of change (agen perubahan) karena tidak ada pendalaman yang objetik dengan liputan yang komphrensif tentang mengapa dan bagaimana hal itu terjadi.

Dari beberapa judul berita ini bisa dilihat sensasionalitas dan bombastis yang tidak bermakna:

  • Pengidap HIV di Karawang Meningkat Signifikan, Merambah ke Kalangan Remaja (wartakota.tribunnews.com, 14/10/2024)
  • Gawat! Kasus HIV AIDS di Karawang Terus Meningkat, Mulai Hantui Kaum Remaja (rctiplus.com, 11/10/2024)
  • Kasus HIV/AIDS di Cimahi Mayoritas Kelompok Usia Produktif (rri.co.id, 13/10/2024)
  • Kasus HIV/AIDS di Cimahi Mayoritas Kelompok Usia Produktif
  • HIV/AIDS Menggerogoti Remaja di NTT (Kompas.id, 14/11/2023)

Entah apa yang ada dipikiran narasumber serta wartawan dan redaktur yang menayangkan berita ini. Kalau saja narasumber, wartawan dan redaktur mengacu ke how dan why, maka judul itu tidak akan muncul dan berita bersifat komprehensif yang mempunyai nilai sebagai agent of change sehingga memberikan pemahaman yang akurat terhadap remaja dan usia produktif tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang bertumpu pada fakta medis.

Baca juga: Ratusan Mahasiswa Bandung yang Tertular HIV/AIDS karena Terperangkap Mitos (Kompasiana, 27/8/2022)

Kalau saja narasumber, wartawan dan redaktur mencermati materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS tentulah akan muncul berita yang mencerdaskan. Soalnya, selama ini materi KIR tentang HIV selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis tentang HIV/AIDS, selanjutnya menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.

Misalnya, mengait-ngaitkan seks pranikah, zina, 'seks bebas,' homoseksual, perselingkuhan dan pelacuran dengan penularan HIV/AIDS.

Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia)
Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia)

Padahal, secara faktual penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks pranikah, zina, 'seks bebas,' homoseksual, perselingkuhan dan pelacuran), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah atau kedunya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!

Baca juga: "ABAT" (Aku Bangga Aku Tahu) Tidak Memberikan Cara Pencegahan HIV/AIDS yang Eksplisit (Kompasiana, 4/7/2013)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun