Perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS, antara lain:
- Laki-laki dan perempuan dewasa pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,
- Laki-laki dewasa pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom.
Yang perlu diingat PSK ada dua tipe, yaitu:
(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan. Tapi, sejak reformasi ada gerakan moral menutup semua lokalisasi pelacuran di Indonesia sehingga lokaliasi pelacuran pun sekarang pindah ke media sosial. Transaksi seks pun dilakukan melalui ponsel, sedangkan eksekuasinya dilakukan sembarang waktu dan di sembarang tempat. PSK langsung pun akhirnya 'ganti baju' jadi PSK tidak langsung.
(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, pemandu lagu, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, dan cewek PSK online. Transaksi seks terjadi melalui berbagai cara, antara lain melalui ponsel.
Sedangkan 'temukan' (dalam hal ini warga yang mengidap HIV/AIDS), sejauh ini tidak ada program yang komprehensif untuk menemukan warga yang mengidap HIV/AIDS dengan cara-cara yang tidak melawan hukum dan melanggar hak asasi manusia (HAM).
Artinya, penemuan kasus HIV/AIDS hanya pasif yaitu menunggu pasien yang berobat ke rumah sakit dengan indikasi penyakit terkait dengan infeksi HIV/AIDS.
Sedangkan penjangkauan hanya dilakukan di komunitas populasi kunci yang sangat terbatas dan tidak terkait langsung dengan populasi umum.
Maka, kasus yang terdeteksi tidak menggambarkan kasus HIV/AIDS yang sebenarnya di masyarakat karena jumlah kasus yang dilaporkan tidak menggambarkan kasus AIDS yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).