Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Seks Tidak Aman Jadi Penyebab Kasus HIV/AIDS Tinggi di Provinsi Bengkulu

3 Oktober 2024   14:20 Diperbarui: 3 Oktober 2024   15:04 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: theconversation.com)

"Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu mencatat tingginya kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di wilayah tersebut disebabkan seks bebas yang dilakukan oleh kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dengan kategori Laki-laki Sama Laki-laki (LSL)." Ini lead di berita "Peningkatan kasus HIV di Bengkulu disebabkan oleh perilaku seks bebas di komunitas LGBT" (bengkulu.antaranews.com, 17/9/2024).

Ada beberapa hal yang misleading (menyesatkan) di lead berita ini:

Pertama, seks pada lesbian bukan faktor risiko penularan HIV/AIDS karena tidak ada seks penetrasi. Belum ada laporan kasus penularan melalui seks pada lesbian.

Kedua, seks pada transgender, lebih dikenal sebagai Waria, yang terjadi adalah laki-laki heteroseksual, umumnya yang punya istri, yang justru melakukan seks anal dengan Waria bukan antar Waria di komunitas mereka.

Ketiga, disebutkan .... dengan kategori Laki-laki Sama Laki-laki (LSL) .... Ini 'kan gay yang juga tida kasat mata. Kasus pada gay terdeteksi karena penjangkauan oleh komunitas.

Sejatinya, Dinkes Bengkulu keluarkan data yaitu jumlah kasus pada LSL (gay), pada laki-laki heteroseksual dan pada ibu rumah tangga (IRT) agar bisa dilihat perbandingannya.

Dalam berita Kepala Bidang (Kabid) Program Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Provinsi Bengkulu, Ruslian, mengatakan: "Yang terbanyak positif terjangkit virus HIV ini didominasi dari populasi LGBT dan (LSL) yaitu sebanyak 70 orang."  

Secara empiris kasus itu ada di terminal terakhir yaitu pada 70 LSL. Kalaupun ada penyebaran hanya terjadi di komunitas LSL.

Matriks: Penyebaran HIV/AIDS Melalui Laki-laki Heteroseksual/Biseksul Dibanding Gay dan Pelajar. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Penyebaran HIV/AIDS Melalui Laki-laki Heteroseksual/Biseksul Dibanding Gay dan Pelajar. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Secara epidemi 1 kasus HIV/AIDS pada gay atau LSL berhenti pada pengidapnya karena dia tidak punya pasangan tetap (istri), penyebaran hanya terjadi di komuitas mereka.

Bandingkan dengan 1 kasus HIV/AIDS pada laki-laki heteroseksual yang mempunyai istri, HIV/AIDS akan ditularkan ke istrinya melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam nikah, bahkan ada yang beristri lebih dar 1, ke selingkuhannya dan ke pekerja seks komersial (PSK) langsung atau PSK tidak langsung.

PSK sendiri dikenal ada dua tipe, yaitu:

(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, dll.

Istri yang tertular HIV/AIDS akan menularkan HIV/AIDS kepada bayi yang dikandungnya, terutama pada saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Dalam berita disebutkan: Untuk itu saat ini pihaknya terus melakukan skrining atau pemeriksaan kesehatan guna mengantisipasi meningkatnya kasus HIV di Provinsi Bengkulu.

Ini tidak objektif karena skrining ada di hilir yaitu jika terdeteksi HIV-positif itu artinya sudah tertular HIV/AIDS. Yang diperlukan adalah program di hulu yaitu menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual yang tidak aman (tidak memakai kondom) dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung.

Matriks: Tes HIV adalah program penanggulangan HIV/AIDS di hilir. (Sumber: Dok. Syaiful W. Harahap)
Matriks: Tes HIV adalah program penanggulangan HIV/AIDS di hilir. (Sumber: Dok. Syaiful W. Harahap)

Tanpa ada program di hulu, maka insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa akan terus terjadi yang selanjutnya ditularkan ke istri atau pasangan seks lain. Jika istri tertular HIV/AIDS maka ada pula risiko penularan ke bayi yang dikandungnya.

Disebutkan pula: Hal tersebut dilakukan sebab di Bengkulu sejak Januari hingga Agustus 2024 telah tercatat 126 orang yang terinfeksi HIV/AIDS dan akan berpotensi bertambah.

Ya, jelas akan bertambah yaitu kasus baru di hilir dan penyebaran oleh laki-laki yang sudah tertular atau mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi.

Selain itu perlu pula diingat bahwa kasus yang dilaporkan (126) tidak menggambarkan jumlah kasus HIV/AIDS di masyrakat di Bengkulu karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).

Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Shyaiful W. Harahap)
Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Shyaiful W. Harahap)

Warga Bengkulu yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Penyebaran HIV/AIDS ini terjadi secara diam-diam ibarat 'bom waktu' yang kelak bermuara sebagai 'ledakan AIDS' di masyarakat Bengkulu.

Ada lagi pernyataan: Oleh karena itu Ruslian meminta agar masyarakat menghindari perilaku seks bebas, tidak menggunakan jarum suntik secara berulang, dan tidak mengkonsumsi narkoba.

Tidak ada kaitan antara 'seks bebas' dengan penularan HIV/AIDS karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom.

Penggunaan jarum suntik secara bergiliran dan bergantian bisa ada risiko penularan HIV/AIDS jika terjadi pada penylahaguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) secara bersama-sama.

Tidak ada kaitan antara mengkonsumsi Narkoba dengan penularan HIV/AIDS. Pasien-pasien yang menjalani operasi (bedah) di rumah sakit memakai Narkoba, tapi tidak ada risiko penularan HIV/AIDS.

Sudah saatnya materi tentang komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) HIV/AIDS disampaikan dengan pijakan fakta medis, bukan dengan bumbu moral dan agama yang akhirnya menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS. <>

* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun