"Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut kasus cacar monyet atau Mpox mirip dengan HIV/AIDS. Sebab, penularan terjadi karena kontak fisik secara langsung." Ini lead di berita "Menkes Ungkap Kasus Mpox Mirip HIV/AIDS, Nular Lewat Kontak Fisik" (news.detik.com, 27/8/2024).
Pernyataan dala lead berita itu jelas ngawur dan menyesakan (misleading), karena:
Pertama, penularan HIV/AIDS bukan karena kontak fisik, tapi karena cairan darah, semen (cairan yang keluar dari penis sebelum ejakulasi), air mani, cairan vagina dan air susu ibu (ASI) yang mengandung HIV masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara:
- Transfusi darah yang tidak diskirining HIV,
- Pemakaian jarum suntik dan tabung secara bergiliran dan bergantian pada penyalah guna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya),
- Hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal dan anal) di dalam dan di luar nikah dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, dan
- Menyusui kepada perempuan yang mengidap HIV/AIDS.
Kedua, penularan virus cacar monyet melalui pergesekan dari kulit dengan kondisi ada lesi akibat infeksi Mpox ke kulit lain pada berbagai macam kegiatan: .
- Pelukan erat
- Bersentuhan
- Ciuman
- Berhubungan seksual -bukan karena hubungan seksual- tapi karena pergesekan kulit ke kulit orang yang mengidap Mpox dengan lesi di kulit saat terjadi hubungan seksual karena kulit badan saling bergesekan
Ketiga, jika terjadi penularan virus cacar monyet melalui alat kelamin itu karena ada lesi di kulit alat kelamin sehingga terjadi kontak antara kulit ke kulit.
Keempat, penularan virus cacar monyet bukan STDs (sexually transmitted disease) yang diindonesiakan jadi penyakit infeksi menular seksual (PIMS) karena bukan karena air mani atau cairan vagina. Tidak ada virus cacar monyet di semen, air mani, dan cairan vagina. Yang termasuk PIMS antara lain: kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), virus hepatitis B, virus kanker serviks, klamidia, herpes genitalis, jengger ayam dan lain-lain.
Dalam berita disebutkan: "Buat pengetahuan teman-teman, penularannya ini mirip HIV sama AIDS. Jadi terjadi di kelompok-kelompok tertentu dan hampir seluruhnya terjadi karena kontak fisik," kata Budi kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Pernyataan ini juga keblinger dan akan berujung ke mitos (anggapan yang salah), karena:
- AIDS bukan virus atau penyakit sehingga tidak bisa ditulaskan (AIDS adalah kondisi pengidap HIV yang sudah mencapai masa AIDS, secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART),
- Kontak fisik tidak hanya melalui hubungan seksual sejenis pada homoseksual (laki-laki gay), tapi juga pada hubungan seksual nonpenetrasi pada lesbian, serta pada biseksual,
- Kontak fisik tidak hanya terjadi pada kalangan laki-laki gay,
- Kontak fisik juga terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa dan lansia,
- Kontak fisik juga terjadi pada hubungan seksual nonpenetrasi (lesbian),
- Kontak fisik juga terjadi pada hubungan seksual penetrasi pada heteroseksual,
- Kontak fisik juga terjadi pada hubungan seksual penetrasi pada biseksual,
- Kontak fisik juga terjadi pada hubungan seksual penetrasi pada laki-laki heterosekusal dengan Waria,
- Kontak fisik juga terjadi pada hubungan seksual penetrasi pada kalangan biseksual dengan Waria,
- Kontak fisik juga terjadi pada hubungan seksual penetrasi pada perempuan heteroseksual dengan gigilo.
Baca juga: Mitos Akan Tenggelamkan Cara Penularan Virus Cacar Monyet di Indonesia
Dalam berita ada pernyataan Menkes Budi: "Tadi Bapak Presiden sempat tanya, 'Pak Menkes, kalau ini mirip HIV/AIDS, penularannya kontaknya fisik, kok banyak anak-anak banyak anak-anak?' karena di Afrika itu mereka sharing baju, sharing anduk, sharing selimut tidur di tempat tidur yang sama. Jadi, kalau orang tuanya kena, anak-anak di Afrika itu jadi tertular karena kan cairannya juga, akhirnya kena ke anaknya. Itu sebabnya kenapa di Afrika banyak anak-anak,"
Ini bukti bahwa penularan virus cacar monyet bukan 'kelompok-kelompok tertentu' dan sama sekali tidak seperti penularan HIV!
Baca juga: Gejala Cacar Monyet Tidak Otomatis Terkait Langsung dengan Infeksi Virus Cacar Monyet
Penyebutan 'kelompok-kelompok tertentu' tidak bijaksana dan menyesatkan karena sifatnya konotasi yang bermuara pada stigma (pemberian cap buruk atau negatif) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap penderita cacar monyet. <>
*Disclaimer: Penyebutan AIDS pada judul untuk memudahkan pembaca (awam) memahami masalah karena yang menular HIV, namun di masyarakat hanya dikenal HIV/AIDS. Penulis.
** Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H