"Warga Jakarta Barat diimbau lapor jika bergejala cacar monyet." Ini judul berita di antaranews.com (2/9/2024). Ini bisa disebut misleading (menyesatkan) dan bikin panik masyarakat karena dalam berita tidak dijelaskan kapan, mengapa dan bagaimana hal itu bisa terkait dengan cacar monyet (Mpox -- Monkeypox Virus).
Gejala cacar monyet pada seseorang baru terkait dengan inveksi virus cacar monyet jika pernah bersentuhan kulit ke kulit dengan seseorang yang mengidap Mpox (kulitnya sudah ada lesi atau luka) melalui berbagai cara: berpelukan, ciuman, dan melakukan hubungan seksual, yang perlu diingat bukan karena hubungan seksualnya tapi karena kulit ke kulit bersentuhan.
Penularan Mpox juga dikaitkan dengan penularan melalui kontak seksual pada homoseksualitas, tanpa memberikan gambaran yang utuh tentang kasus serupa pada kalangan heteroseksual yang terdeteksi pada anak-anak dan perempuan dengan latar belakangan orientasi seksual yang bukan homoseksual.
Penularan Mpox bukan termasuk penyakit infeksi menular seksual (PIMS). Penularan Mpox melalui kontak seksual terjadi karena ada kontak badan, yaitu dari kulit seseorang yang mengandung lesi (luka pada permukaan kulit) akibat virus cacar monyet ke kulit orang lain dalam berbagai bentuk kegiatan.
Penularan melalui pergesekan kulit ke kulit terjadi dari kulit dengan lesi akibat Mpox ke kulit lain pada berbagai macam kegiatan. Maka, penularan virus cacar monyet bukan STDs (sexually transmitted disease) yang diindonesiakan jadi penyakit infeksi menular seksual (PIMS) karena bukan karena air mania tau cairan vagina. Tidak ada virus cacar monyet di air mani dan cairan vagina.
Jika terjadi penularan virus cacar monyet melalui alat kelamin itu karena ada lesi di kulit alat kelamin sehingga terjadi kontak antara kulit ke kulit.
Yang termasuk PIMS antara lain: kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), virus hepatitis B, virus kanker serviks, klamidia, herpes genitalis, jengger ayam dan lain-lain.
Dalam berita disebutkan: Adapun gejala awal penyakit tersebut diantaranya seperti demam, nyeri otot, nyeri punggung, kelelahan, menggigil, kemudian pembengkakan kelenjar getah bening yang biasanya terjadi di rahang bawah, leher dan selangkangan.
Ini pernyataan yang sangat naif. Bagaimana mungkin seseorang dengan gejala di atas tapi tidak pernah bersentuhan kulit dengan pengidap cacar monyet.
Sejatinya, ada penjelasan: gejala-gejala ini bisa terkait dengan infeksi virus cacar monyet jika pernah bersentuhan kulit dengan kulit orang yang mengidap virus cacar monyet.
Informasi ini akan memberikan pemahaman yang komprehesif kepada masyarakat agar mereka tidak panik jika menemukan gejala tersebut karena gejala-gejala itu bisa muncul karena penyakit lain.
Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakbar Erizon Safari, mengatakan warga yang belum memiliki gejala tersebut diminta untuk tetap menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS).
Baca juga: Mitos Akan Tenggelamkan Cara Penularan Virus Cacar Monyet di Indonesia
Berciuman, berpelukan dan melakukan hubungan seksual yang tidak berisiko adalah perilaku hidup sehat dan bersih. Yang jadi persoalan kalau hal itu dilakukan dengan pengidap cacar monyet!
Agaknya, berita ini dilansir berpijak pada tiga kasus suspek cacar monyet di Jakarta Barat. Nah, kalau saja wartawan bertanya: mengapa dan bagaimana tiga warga itu tertular visu cacar monyet?
Maka, jawabannya justru bisa jadi semacam peringatan bagi warga, khususnya Jakarta Barat, untuk menjauhi kegiatan-kegiatan yang memungkinan terjadi penularan virus cacar monyet.
Mengait-ngaitkan penularan cacar monyet dengan 'perilaku hidup sehat dan bersih' adalah ranah orasi moral yang tidak bermakna.
Yang diperlukan bukan orasi moral, tapi informasi tentang Mpox dengan cara-cara penularan dan pencegahan yang berpijak pada fakta medis karena virus cacar monyet merupakan fakta medis bukan ranah moral! <>
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H