Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mitos Akan Tenggelamkan Cara Penularan Virus Cacar Monyet di Indonesia

4 September 2024   09:10 Diperbarui: 4 September 2024   13:40 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampaknya, pemerintah tidak belajar dari pengalaman terkait dengan epidemi dan pandemi penyakit yang jadi masalah kesehatan masyarakat.

Ketika epidemi HIV/AIDS menggemparkan dunia pada tahun 1981 Indonesia mati-matian menolak kalau HIV/AIDS ada di Indonesia. Begitu juga dengan virus corona, yang belakangan disebut WHO sebagai Covid-19, bahkan memakai dalil agama untuk meyakinkan masyarakat bahwa Covid-19 tidak ada di Indonesia.

Indonesia baru mengakui ada kasus HIV/AIDS di Indonesia setelah ada turis Belanda, laki-laki gay, yang meninggal karena penyakit terkait HIV/AIDS di RS Sanglah, Denpasar, Bali (1987).

Celakanya, kasus itu justru jadi pintu masuk untuk menggiring opini publik bahwa HIV/AIDS adalah penyakit orang bule, penyakit gay dan seterusnya. Akibatnya, fakta medis tentang HIV/AIDS ditenggelamkan mitos (anggapan yang salah).

Baca juga: Menyoal Kapan Kasus HIV/AIDS Pertama Ada di Indonesia

Begitu juga dengan Covid-19 ketika kasus pertama diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menkes (ketika itu) Terawan Agus Putranto pada 2/3/2020 disertai dengan riwayat kontak penderita yaitu tertular di lantai dansa. Akibatnya muncul mitos, diskriminasi dan stigmatisasi. Padahal, penularan virus corona bukan karena sifat kontak, tapi karena ada droplet yang keluar saat berbicara, bersin atau batuk pada kontak yang dekat dalam berbagai bentuk.

Padahal, sebelumnya, tepatnya 27/1/2020, ada judul berita: Jokowi Pastikan Virus Corona Tak Terdeteksi di Indonesia (ayobandung.com, 27/1/2020). Selanjutnya: Ma'ruf Amin: Berkat Doa Kiai dan Qunut, Corona Menyingkir dari Indonesia (liputan6.com, 29/2/2020) yang dilengkapi dengan pernyataan Menkes (waktu itu) Terawan Agus Putranto: Terawan Bicara Kekuatan Doa yang Bikin RI Bebas Corona (cnbcindonesia.com, 17/2/2020), serta ini: Mahfud: RI Satu-satunya Negara Besar di Asia Tak Kena Corona (cnnindonesia.com, 7/2/2020).

Sekarang muncul pula pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, ini juga bisa mendorong mitos (anggapan yang salah): Penularan cacar monyet ini katanya 95 persen disebabkan oleh kontak seksual dan umumnya terjadi di kelompok tertentu saja (Menkes: Kasus Cacar Monyet Varian 1B Belum Terdeteksi di Indonesia, VOA Indonesia, 28/8/2024).

Penyebutan 'kelompok tertentu saja' merupakan pernyataan yang konotatif yang bisa membawa ke kalangan tertentu berdasarkan orientasi seksual, dalam hal ini homoseksual yaitu laki-laki gay.

Lagi pula kasus-kasus cacar monyet juga terdeteksi pada anak-anak, laki-laki dan perempuan dengan berbagai orientasi seksual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun