Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Seks Bebas Bukan Penyebab Penularan HIV/AIDS di Palopo

16 Agustus 2024   04:13 Diperbarui: 16 Agustus 2024   04:29 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: globalnews.ca)

"Dinas Kesehatan Palopo, Sulawesi Selatan (Sulsel), mencatat penderita HIV/AIDS di Kota Palopo mencapai 400 kasus. Penyebab penularan didominasi karena aktivitas seks bebas." Ini lead di berita "Catat 400 Orang Tertular HIV/AIDS Akibat Seks Bebas" (detik.com, 21/3/2024).

Dalam berita Kepala Dinas Kesehatan Palopo Irsan Anugrah mengungkapkan, dari jumlah kasus ditemukan itu rata-rata penderita tertular HIV/AIDS karena perilaku seks bebas.

Sayang, Irsan tidak menjelaskan apa yang dia maksud 'perilaku seks bebas' yang jadi penyebab penularan HIV/AIDS di Palopo.

Pernyataan di detik.com terkait 'seks bebas' misleading (menyesatkan) karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah.

Lagi pula selama ini tidak jelas apa yang dimaksud dengan 'seks bebas.'

Dalam kosa kata Bahasa Inggris tidak dikenal terminologi free sex. Tidak ada laman free sex [free (sex) atau sex (free)] di kamus-kamus bahasa Inggris. Yang ada adalah free love yaitu hubungan seksual tanpa ikatan nikah (The Advanced Learner's Dictionary of Current English, Oxford University Press, London, 1963).

Baca juga: Seks Bebas Jargon yang Kontra Produktif Terhadap Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

Kalau 'seks bebas' dimaksudkan sebagai zina, maka semua pasangan suami-istri yang menikah karena hamil duluan atau hamil sebelum menikah adalah orang-orang yang mengidap HIV/AIDS.

Tapi, faktanya: Tidak!

Itu artinya tidak ada kaitan langsung antara 'seks bebas' (baca: zina) dengan penularan HIV/AIDS.

Celakanya, pemerintah ngotot tetap memakai jargon moral 'seks bebas' sebagai penyebab penularan HIV/AIDS. Padahal, ini menyesatkan.

Baca juga: Mengapa Sebaiknya Kemenkes Tidak Lagi Menggunakan "Seks Bebas" terkait Penularan HIV/AIDS

Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas, zina dan lain-lain), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!

Disebutkan tahun 2023 ditemukan 147 kasus HIV/AIDS dan di tahun 2024 sebenyak 400.

Disebutkan oleh Irsan, meningkatnya penderita HIV/AIDS di Palopo karena masifnya tracking yang dilakukan Dinas Kesehatan Palopo.

Pernyataan ini tidak benar karena yang meningkat adalah jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan melalui tracking (pelacakan) buan jumlah infeksi HIV baru karena tracking.

Insiden infeksi HIV baru di Palopo terjadi karena terutama karena perilaku seksual berisiko warganya, yaitu:

  • Laki-laki dan perempuan dewasa yang sering melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom karena bisa saja salah satu di antara mereka mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS.
  • Laki-laki dewasa yang sering melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, yaitu pekerja seks komersial (PSK), dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom karena bisa saja salah satu di antara PSK mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS.

Yang perlu diingat PSK ada dua tipe, yaitu:

(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan. Tapi, sejak reformasi ada gerakan moral menutup semua lokalisasi pelacuran di Indonesia sehingga lokaliasi pelacuran pun sekarang pindah ke media sosial. Transaksi seks pun dilakukan melalui ponsel, sedangkan eksekuasinya dilakukan sembarang waktu dan di sembarang tempat. PSK langsung pun akhirnya 'ganti baju' jadi PSK tidak langsung.

(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, pemandu lagu, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, dan cewek PSK online. Transaksi seks terjadi melalui berbagai cara, antara lain melalui ponsel.

Program tracking yang dijalankan Dinkes Palopo merupakan langkah di hilir karena yang terdeteksi sudah tertular HIV/AIDS. Dalam penanggulangan HIV/AIDS yang diperlukan adalah progra pencegahan di hulu untuk menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, jumlah kasus infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki melalui hubungan sekskual dengan PSK.

Tanpa langkah yang konkret di hulu, maka insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi di Palopo sebagai 'bom waktu' yang kelak jadi 'ledakan AIDS.' <>

* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun