Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Insiden Infeksi HIV Baru pada Remaja Putra Akan Terus Terjadi

8 Agustus 2024   06:52 Diperbarui: 8 Agustus 2024   09:23 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data di "Web Site Resmi HIV/AIDS dan PIMS Indonesia" menunjukkan kasus AIDS terbanyak ada pada rentang usia 20-39 tahun. Dari tahun 1987-Maret 2023 kasus AIDS terdeteksi pada kelompok umur 20-29 tahun sebesar 31,6% dan pada umur 30-39 tahun sebesar 31,3%.

Fakta di atas adalah realistis karena pada rentang usia 20-39 tahun libido (KBBI: nafsu berahi yang bersifat naluri) yaitu dorongan seksual sangat tinggi. Tidak ada substitusi atau pengganti untuk menyalurkannya selain melalui hubungan seksual. Biarpun ada 'swalayan' yaitu onani (laki-laki) dan masturbasi (perempuan), tapi tidak memenuhi hasrat sebagai penyaluran.

Ketika ada epidemi HIV/AIDS dan penyakit infeksi menular seksual (PIMS-GO/kencing nanah, sifilis/raja singa, virus hepatitis B, klamidia dan lain-lain) hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal, dan anal), di dalam dan di luar nikah, yang tidak aman (laki-laki tidak memakai kondom) ada risiko penularan HIV/AIDS dan PIMS.

Celakanya, informasi tentang HIV/AIDS serta PIMS selama ini selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS serta PIMS.

Baca juga: "ABAT" (Aku Bangga Aku Tahu) Tidak Memberikan Cara Pencegahan HIV/AIDS yang Eksplisit

Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan seks pranikah, zina, seks bebas, pergaulagan bebas, pelacuran dan lain-lain. Padahal, secara faktual penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar ikatan pernikahan yang sah jika salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom ketika terjadi hubungan seksual. Ini fakta!

Baca juga: Mengapa Sebaiknya Kemenkes Tidak Lagi Menggunakan "Seks Bebas" terkait Penularan HIV/AIDS

Berita tentang HIV/AIDS sering dikaitkan dengan remaja, tapi tidak memberikan pencerahan yaitu cara-cara pencegahan yang akurat.

Sebagian berita pun sensasional dan bombastis yang sudah mengarah ke omong kosong karena dengan mudah mengaitkan penularan dengan mitos.

Instansi dan institusi menyebut sosialisasi bahaya HIV/AIDS, padahal yang diperlukan adalah cara-cara yang realistis untuk melindungi diri (mencegah) agar tidak tertular HIV/AIDS atau PIMS atau keduanya sekaligus.

Mengaitkan penularan HIV/AIDS dengan pelacuran yang melibatkan pekerja seks komersial (PSK) juga berdampak buruk. Dalam sebuah 'diskusi' di Facebook penulis menemukan seorang cewek  mengatakan bahwa zina yang disebut terkait dengan penularan HIV/AIDS adalah hubungan seksual dengan PSK di lokalisasi pelacuran.

Maka, hubungan seksual tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti yang bukan PSK, menurut cewek tadi, tidak ada risiko penularan HIV/AIDS.

Baca juga: Ratusan Mahasiswa Bandung yang Tertular HIV/AIDS karena Terperangkap Mitos

Maka, tidak mengherankan kalau kemudian kalangan remaja dan usia muda, dalam hal ini cowok, merasa tidak berisiko tertular HIV/AIDS ketika mereka membawa cewek yang bukan PSK, seperti cewek kafe atau panti pijat plus-plus juga cewek prostitusi online, ke penginapan, losmen, hotel, apartemen atau kamar kos.

Begitu juga dengan cewek merasa tidak berisiko tertular HIV/AIDS ketika dibawa oleh cowok yang berganti-ganti melakukan hubungan seksual tanpa kondom ke penginapan, losmen, hotel, apartemen atau kamar kos.

Padahal, yang mereka lakukan itu adalah perilaku seksual berisiko tinggi tertular dan menularkan HIV/AIDS, dalam hal ini melalui hubungan seksual tanpa kondom.

Sebenarnya, PSK dikenal dua tipe, yaitu:

(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi (tempat)  pelacuran atau di jalanan. Tapi, sejak reformasi ada gerakan moral menutup semua lokalisasi pelacuran di Indonesia sehingga lokaliasi pelacuran pun sekarang pindah ke media sosial. Transaksi seks pun dilakukan melalui ponsel, sedangkan eksekuasinya dilakukan sembarang waktu dan di sembarang tempat. PSK langsung pun akhirnya 'ganti baju' jadi PSK tidak langsung.

(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, pemandu lagu, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, dan cewek PSK online. Transaksi seks terjadi melalui berbagai cara, antara lain melalui Ponsel.

Risiko tertular HIV/AIDS atau PIMS atau keduanya sekaligus bisa terjadi jika laki-laki tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung.

Sejatinya, ‘vaksin AIDS’ itu sudah ada yaitu informasi yang akurat berdasarkan fakta medis tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS. Hanya saja banyak yang mengganggap remeh informasi HIV/AIDS yang akurat.

Baca juga: Siapa Bilang Vaksin AIDS Tidak Ada

Fakta inilah yang tidak sampai ke masyarakat, dalam konteks artikel ini kalangan remaja dan usia muda, sehingga banyak orang, terutama kalangan remaja, yang terjerumus ke hubungan seksual berisiko yang menyebabkan mereka tertular HIV/AIDS atau PIMS atau keduanya sekaligus karena cara penularannya sama. <>

* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun