Informasi yang dikemas pesohor dan influencer hanya sebatas prominence dengan mengabaikan significance karena kalau significance diulas mendalam dengan pijakan 'kelengkapan berita' maka itu sama saja dengan menelanjangi IKN. Tentu hal ini mustahil dilakukan oleh pesohor dan influencer ketika mereka jadi tamu narasumber yang jadi pengundang.
Soalnya, jurnalistik, seperti dikatakan Bang Hadi, panggilan akbar novelis trilogy "Cintaku di Kampus Biru" itu, berita yang komprehensif bukan tentang siapa dan apa, tapi mengapa dan bagaimana. Ini dua dari lima kelengkapan beita yaitu apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan bagaiman yang lebih dikenal sebagai 5W + 1 H yaitu what, who, when, where, why dan how.
Maka, berita tentang IKN saat ini yang aktual (unsur layak berita - timeliness) adalah mengapa dan bagaimana IKN?
Baca juga: Bukan Memindahkan Ibu Kota Negara Tapi Menyebarkan Kegiatan Pemerintahan dan Ekonomi serta Industri
Sejak Presiden Jokowi menghembuskan rencana mindahkan ibu kota ke Pulau Kalimantan selalu ada penekanan: investor. Tapi, fakta yang justru disampaikan Presiden Jokowi adalah realisasi pembangunan IKN baru 15% dengan dana 100% dari APBN.
Begitu juga dengan lama pembangunanya di tahap-tahap awal justru disebutkan pada 17 Agustus 2024 kegiatan Ibu Kota dan pemerintahan sudah pindah ke IKN.
Baca juga: Pindahkan Pusat Pemerintahan Bukan Memindahkan Ibu Kota Negara Indonesia
Nah, apakah pesohor dan influencer bisa mengupas dengan tuntas sebacara objetif dan fakta empiris: Mengapa dan bagaimana pemindahan ibu kota dan pusat pemerintahan tidak berlangsung sesuai dengan yang direncanakan?
Jika pesohor dan influencer hanya berpijak pada informasi yang mereka poroleh sebagai undangan, maka informasi yang mereka sebarkan hanya sebatas opini yang bukan klassifikasi berita yang mencerahkan tapi misleading atau menyesatkan (lihat matriks).