Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penularan HIV/AIDS di Kota Lhokseumawe Bukan Karena Seks Bebas

13 Juli 2024   09:52 Diperbarui: 13 Juli 2024   10:02 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: ilbolive.unipd.it)

"Perilaku seks bebas menjadi penyebab utama kasus HIV /AIDS di Kota Lhokseumawe (Aceh-Pen.) terus meningkat setiap tahun. Kini total penderita HIV/AIDS di kota yang pernah dikenal dengan julukan 'Petro Dolar' itu mencapai 106 kasus." Ini lead pada berita "Seks Bebas Faktor Penularan HIV/AIDS di Lhokseumawe" (habaaceh.id, 12/7/2024).

Di Indonesia frasa 'seks bebas' selalu dikaitkan dengan penularan HIV/AIDS. Celakanya, tidak jelas apa yang dimaksud dengan 'seks bebas' secara eksplisit.

'Seks bebas' sendiri merupakan terjemahan bebas dari 'free sex' yang justru tidak ada dalam kamus-kamus Bahasa Inggris.

Baca juga: Seks Bebas Jargon yang Bebas Stigma Sebagai Pembenaran Berzina dan Melacur

Dalam kosa kata Bahasa Inggris tidak dikenal terminologi free sex. Tidak ada laman free sex di kamus bahasa Inggris. Yang ada adalah free love yaitu hubungan seksual tanpa ikatan nikah (The Advanced Learner's Dictionary of Current English, Oxford University Press, London, 1963).

Baca juga: "Seks Bebas" Jargon Moral yang Menyesatkan dan Menyudutkan Remaja

Celakanya, 'seks bebas' jadi jargon yang tidak jelas juntrungannya karena menyesatkan. Rancu dan ngawur. Soalnya, 'seks bebas' hanya dikaitkan dengan zina, terutama pada kalangan remaja. Ini mengesankan bahwa zina di kalangan dewasa, termasuk yang terikat dalam pernikahan, tidak termasuk 'seks bebas.' Ironis!

Kalau kemudian 'seks bebas' dimaknai sebagai zina yang menyebabkan penularan HIV/AIDS, maka kesimpulan premisnya yaitu pasangan yang menikah karena hamil duluan adalah pengidap HIV/AIDS.

Faktanya, tidak! Maka, mengaitkan seks bebas dengan penularan HIV/AIDS adalah ngawur bin ngaco.

Baca juga: Sebut Tertular HIV/AIDS akibat Seks Bebas adalah Hoaks

Tapi, berita di habaaceh.id justru mengaitkan secara langsung 'seks bebas' dengan penularan HIV/AIDS.

Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (di dalam dan di luar nikah), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual (salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom). Ini fakta!

Risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual (seks oral, seks vaginal dan seks anal) di dalam dan di luar nikah terjadi melalui hubungan seksual yang berisiko atau tidak aman, yaitu: dilakukan dengan seseorang yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!

Ada pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, Safwaliza: .... seorang bayi berusia 11 bulan meninggal akibat positif HIV/AIDS yang tertular dari orangtuanya di tahun 2022."

Pernyataan ini tidak akurat karena sampai sekarang belum ada laporan kasus kematian karena HIV atau AIDS. Kematian pada pengidap HIV/AIDS bukan karena HIV (virus) atau AIDS (kondisi orang yang tertular HIV antara 5-15 tahun setelah tertular jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART) karena infeksi oportunistik pada masa AIDS, sepeti TBD, diare dan lain-lain.

Ada lagi pernyataan: "Jadi untuk menekan angka penderita HIV, tim bekerja sama dengan pihak terkait kerap melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, bahkan ke desa-desa."

Pelajar dalam hal ini remaja, terutama remaja putra, bukan mata rantai penyebaran HIV/AIDS. Maka, sosialiasi tidak tetap karena dalam berita justru disebut: .... sejauh ini hasil tracking penularan HIV didominasi oleh kaum pria akibat seks bebas.

Memang, tidak jelas apakah pria yang dimaksud dalam pernyataan itu remaja atau dewasa.

Sejatinya, sosialisasi HIV/AIDS ditujukan kepada laki-laki dewasa beristri agar mereka tidak jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS ke istri. Soalnya, jika istri tertular HIV/AIDS, maka ada pula risiko penularan HIV secara vertikal dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya kelak, terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Disebutkan dalam berita jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Kota Lhokseumawe sampai Juli 2024 sebanyak 106. Tapi, perlu diingat bahwa angka ini tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat Kota Lhokseumawe.

Soalnya, perlu diingat bahwa jumlah kasus yang dilaporkan tidak menggambarkan kasus AIDS yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).

Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Shyaiful W. Harahap)
Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Shyaiful W. Harahap)

Warga Kota Lhokseumawe, terutama laki-laki dewasa, yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Hal di atas terjadi karena warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi tidak mengalami gejala-gejala, ciri-ciri atau tanda-tanda yang khas AIDS pada keluhan kesehatan dan fisik. Maka, penyebaran HIV/AIDS pun terjadi tanpa mereka sadari ibarat 'the silent disaster' (bencana terselubung) sebagai 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS' di Kota Lhokseumawe. <>

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun