Dulu ketika praktek pelacuran dilokalisir ada intervensi untuk memaksa laki-laki memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK).
Tapi, sekarang praktek pelacuran ada di dunia maya dengan transaksi melalui jaringan Internet di handphone (HP) atau telepon seluler (Ponsel) dan perangkat elektronik lain yang ada di genggaman orang per orang. Artinya, sekarang praktek pelacuran kini pindah ke media sosial (Medsos).
Lagi pula kasus HIV/AIDS pada LGBT (kecuali biseksual) ada di komitas mereka. Yang jadi persoalan besar adalah kasus HIV/AIDS pada laki-laki dewasa.
Studi Kemenkes tahun 2012 menunjukkan di Indonesia ada 6,7 juta laki-laki dewasa pelanggan PSK. Dari jumlah ini 4,9 juta mempunyai istri (bali.antaranews.com, 9/4/2013).
Itu artinya ada 4,9 juta istri yang berisiko tertular HIV/AIDS dari suaminya yang jadi pelanggan PSK. Bisa jadi dari 4,9 juta suami itu ada yang mempunyai istri lebih dari satu, ada pula yang punya selingkuhan sehingga jumlah perempuan yang berisiko tertular HIV/AIDS tambah banyak.
Laporan Triwulan I Tahun 2023 di Website HIV PIMS Indonesia menunjukkan jumlah kasus AIDS pada ibu rumah tangga di Indonesia sampai Maret 2023 ada di peringkat ketiga sebanyak 20.785 setelah kasus tidak diketahui (38.706) dan karyawan (25.119). Taun 2022 dilaporkan 503 bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV/AIDS.
Selain kasus HIV/AIDS ada pula kasus sifilis (raja singa) yang terdeteksi pada ibu hamil. Tahun 2022 dilaporkan sebanyak 5.590. Mereka ini tertular dari suaminya.
Dengan data ini, apakah kita masih menyasar LGBT yang secara realitas penyebaran HIV/AIDS dan sifilis justru dilakukan oleh laki-laki beristri?
Laporan triwulan kasus HIV/AIDS yang dilansir "HIV PIMS Indonesia" sampai tanggal 31 Maret 2023, sekali lagi baru sampai 31 Maret 2023, jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Provinsi Aceh mencapai 2.100 yang terdiri atas 1.404 HIV dan 696 AIDS.
Kalau saja wartawan yang menulis berita ini mencari data ke Dinas Kesehatan Aceh dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Aceh tentulah ada angka perbandingan kasus antara LGBT dan laki-laki heteroseksual serta kasus pada ibu rumah tangga dan bayi.