Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

HIV/AIDS Bukan Penyakit Menular yang Mematikan

22 Juni 2024   20:31 Diperbarui: 23 Juni 2024   19:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

"HIV/AIDS merupakan suatu penyakit menular yang sangat mematikan dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini." Ini lead dalam berita "Tiga Dosen FKK Unusa Edukasi Masyarakat tentang Pencegahan Dini HIV/AIDS" (unusa.ac.id, 13/6/2024).

Ada beberapa hal yang tidak akurat pada lead berita di atas, yaitu:

Pertama, HIV/AIDS bukan penyakit menular karena HIV adalah virus (ini yang menular), sedangkan AIDS bukan penyakit tapi kondisi pada orang-orang yang tertular HIV yang muncul antara 5-15 tahun setelah tertular jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral (ART -- antiretroviral theraphy).

Kedua, HIV/AIDS tidak mematikan karena belum ada kasus kematian karena HIV atau karena AIDS. Kematian pengidap HIV/AIDS terjadi karena infeksi oportunistik di masa AIDS, seperti TBC, diare dan lain-lain.

HIV adalah virus yang tergolong retrovirus yaitu virus yang bisa menggandakan diri. Dalam hal ini HIV menggandakan diri di sel-sel darah putih manusia yang dijadikan semacam 'pabrik.' Virus yang baru kemudian menggandakan diri lagi di sel darah putih yang lain. Akibatnya, banyak sel darah putih yang rusak sehingga terjadi masa AIDS.

Disebutkan dalam berita: Sebagian masyarakat relatif belum mengetahui tentang resiko penularan HIV/AIDS.

Ini juga tidak akurat karena yang terjadi adalah masyarakat hanya dijejali dengan informasi HIV/AIDS yang dibalut dengan norma, moral dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis tentang HIV/AIDS dan menyuburan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.

Itu bisa disimak dari materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS yang selalu dibumbui dengan norma, moral dan agama.

Baca juga: Kasus HIV/AIDS pada Remaja Akibat Materi KIE HIV/AIDS yang Hanya Mitos

Sejak pemerintah mengakui di Indonesia sudah ada HIV/AIDS yaitu pada tahun 1987, sementara epidemi HIV/AIDS secara global sudah ada sejak tahun 1981, sosialisasi tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS sudah dilakukan. Hanya saja hasilnya nol besar karena KIE yang hanya sebatas mitos.

Misalnya, materi KIE tentang HIV/AIDS selalu mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan seks pranikah, seks di luar nikah, zina, pelacuran, perselingkuhan dan homseksual.

Padahal, secara empiris penularan HIV/AIDS bukan karena sifat hubungan seksual (seks pranikah, seks di luar nikah, zina, pelacuran, perselingkuhan dan homseksual), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta.

Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Dikatakan oleh Erika [dosen di Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yakni Erika Martining Wardani], salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini (HIV/AIDS, pen.) dengan meningkatkkan pengetahuan yang dapat dilakukan dengan memberikan edukasi melalui media.

Yang jadi persoalan besar adalah sebagian besar media, dalam hal ini media massa dan media online, justru menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS yang mengandung mitos.

Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"

Akibatnya, masyarakat dibelenggu mitos yang membawa mereka, terutama laki-laki dewasa, melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.

Selama informasi tentang HIV/AIDS dibalut dengan norma, moral dan agama, maka selama itu pula informasi HIV/AIDS hanya sebatas mitos yang menjerumuskan banyak orang ke perilaku berisiko tertular HIV/AIDS.

Orang-orang, terutama laki-laki dewasa, yang tertular HIV/AIDS tidak menyadarinya karena tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan sebelum masa AIDS.

Akibatnya, mereka menularkan HIV/AIDS ke orang lain tanpa mereka sadari. Jika yang tertular seorang suami, maka ada risiko yang bersangkutan menularkan HIV/AIDS ke istrinya. Bisa juga ke pacar atau selingkuhan.

Jika istri tertular HIV/AIDS, maka ada pula risiko penularan vertikal dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.

Maka, sudah saatnya pemerintah dan pihak-pihak terakit untuk menyampaikan informasi tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang akurat dengan pijakan fakta medis. []

* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun