Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pendidikan Dasar yang Gratis adalah Hak Anak yang Merupakan Amanah UUD 1945

21 Juni 2024   05:09 Diperbarui: 21 Juni 2024   15:28 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: rri.co.id)

Solanya, sudah jamak terjadi ada anak yang tidak bersekolah pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP serta Madrasah dan Tsanawiyah) negeri yang gratis. Akibatnya, mereka harus bersekolah di SD dan SMP serta Madrasah dan Tsanawiyah swasta yang tidak gratis sehingga jadi beban orang tua.

Tentu saja dengan kondisi masyarakat Indonesia yang masih banyak di bawah garis kemiskinan jadi beban yang berat. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 25,90 juta (bps.go.id, 17/7/2023).Kemiskinan jadi faktor utama yang meningkatkan jumlah anak yang tidak bersekolah dan drop out (putus sekolah) serta lulus tidak melanjutkan (dalam hal ini dari SD ke SMP).

Nah, ketika ada anak usia di bawah 16 tahun tidak bersekolah atau putus sekolah menunjukkan pemerintah alpa dengan mengabaikan kewajibannya memenuhi hak warga negara, dalam hal ini anak berumur di bawah 16 tahun.

Beban orang tua kian berat ketika pemerintah, dalam hal ini sekolah, mewajibkan anak memakai seragam yang berbeda setiap hari selama sepekan. Misalnya, pakain seragam sekolah: SD merah putih dan SMP putih biru tua; pakain pramuka; pakaian olahraga dan pakaian identitas agama serta sepatu.

Sejatinya, seperti pernah disampaikan oleh (Alm) Prof Dr Fuad Hassan (Mendikbud priode 1985-1993) pakaian dan sepatu bukan bagian dari proses belajar di kelas sekolah formal. Ketika itu beliau menyebutkan: telanjang dada dan kaki ayampun tidak boleh dilarang masuk ke kelas untuk belajar!

Selain pakain seragama orang tua pun menghadapi beban untuk membeli pakaian dan sepatu baru di kala Lebaran, dalam hal ini Idulfitri.

Beban orang tua kian banyak ketika sekolah mewajibkan murid ikut study tour atau kegiatan lain di luar sekolah. Padahal, fakta menunjukkan study tour tidak banyak manfaatnya bahkan ada mudaratnya, seperti kecelakaan yang merenggut nyawa guru dan murid.

Kalau saja tidak ada seragam sekolah, maka pakaian  Lebaran bisa dipakai ke sekolah yang merupakan bagian dari penghematan pengeluaran orang tua. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun