Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mencari Solusi untuk Mencegah Penyebaran HIV/AIDS di Kota Banda Aceh

13 Juni 2024   08:34 Diperbarui: 23 Juni 2024   19:34 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: navbharattimes.indiatimes.com)

Musriadi, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh mendesak Pemerintah Kota (Pemko) serius mencari solusi pencegahan penularan HIV/AIDS yang terus meningkat di ibu kota provinsi Aceh itu. "Kami minta Pemko segera mencarikan solusi. Karena kasus baru di Banda Aceh hingga Mei 2024 sudah mencapai 441 kasus," ujar Musriadi, lansir Antara pada Selasa (11/06). Ini lead di berita "DPRK Desak Pemko Serius Menanggulangi Penyebaran HIV/AIDS di Banda Aceh" (hidayatullah.com, 12/6/2024).

Sedangkan Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat penderita HIV/AIDS di ibu kota provinsi Aceh itu sudah mencapai 441 kasus, terhitung sejak 2008 hingga Mei 2024 ini (aceh.antaranews.com, 11/6/2024)

Laporan triwulan kasus HIV/AIDS yang dilansir "HIV PIMS Indonesia" sampai tanggal 31 Maret 2023, sekali lagi baru sampai 31 Maret 2023, jumlah kumulatif kasus di Provinsi Aceh mencapai 2.100 yang terdiri atas 1.404 HIV dan 696 AIDS.

Ada pula informasi yang menyesatkan, yaitu: menyebut kasus HIV/AIDS di Aceh terjadi setelah tsunami (Penderita AIDS di Aceh Meroket Setelah Tsunami, news.detik.com, 3/12/2006). Informsasi ini ngawur dan termasuk disinformasi (informasi yang salah yang membayaan dan merugikan masyarakat karena mereka terlena), padahal sebelum tsunami ada juga kasus HIV/AIDS tapi kegiatan survailans dan penjangkauan nol sehingga kasus tidak ditemukan.

Baca juga: Menyesatkan Berita dan Informasi yang Sebut Insiden HIV/AIDS di Aceh Terjadi Pasca Tsunami

Secara empiris jumlah kasus HIV/AIDS akant terus meningkat atau bertambah karena cara pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan secara kumulatif. Artinya, jumlah kasus lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya sehingga angkanya terus bertambah karena tidak dikurangi dengan angka kematian pengidap HIV/AIDS.

Yang perlu diingat jumlah kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil dari kasus HIV/AIDS yang ada di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya denga fenomena gunung es yaitu jumlah kasus yang dilaporkan (terdeteksi) yaitu 441 (Kota Banda Aceh) dan 2.100  (Prov Aceh) digambarkan sebagai puncak gunung es, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (lihat gambar).

Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Shyaiful W. Harahap)
Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Shyaiful W. Harahap)

Maka, yang jadi persoalan adalah kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi karena mereka bisa jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat tanpa mereka sadari, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti.

Celakanya, di Indonesia yang diwajibkan tes HIV hanya perempuan hamil, sementara laki-laki, suami, yang justru menularkan HIV/AIDS ke istri tidak jalani tes HIV. Maka, mereka inilah salah satu mata rantai yang menyebarkan HIV/AIDS di masyarakat Aceh atau ke luar Aceh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun