Maka, kualitas dan kualifikasi pemain Korsel yang dibawa Shin Tae-yong ke Piala Dunia Rusia 2018 adalah pemain dengan talenta Eropa.
Baca juga: Lagi-lagi Timnas Sepak Bola Indonesia Jadi Korban Hiperrealitas Kali Ini U-17
Nah, pelatih yang disebut bisa menumbangkan Jerman di babak penyisihan grup Piala Dunia Rusia 2018, Shin Tae-yong, justru membawa pemain yang sudah matang. Shin Tae-yong hanya 'memoles' untuk memperlihatkan ciri khas permainan Korsel.
Sebaliknya, ketika dia dikontrak oleh PSSI untuk melatih Timnas Indonesia otomatis dia memegang pemain dengan kualitas dan kualifikasi di bawah standar Eropa, bahkan ASEAN karena belakangan ini Timnas Indonesia tidak pernah juara di SEA Games dan Piala AFF.
Bagaimana mungkin seorang Shin Tae-yong bisa memoles Timnas Indonesia dengan bekal atau modal seperti memoles Timnas Korsel ke Piala Dunia Rusia 2018 yang sebagian pemainnya justru pemain yang sudah jadi dengan kualitas dan kualifikasi Eropa.
Karena terus terpuruk belakangan muncul pula pemain naturalisasi yaitu pemain asing yang diberikan kewarganegaraan Indonesia.
Apa iya mereka lebih memilih bermain di Indonesia dengan bayaran rupiah daripada di liga-liga elit Eropa dengan gaji pound sterling atau euro?
Atau ke klub-klub kaya dengan bayaran petrodollar di Timur Tengah, seperti Qatar, Uni Emirat Arab atau Arab Saudi yang membayar pemain dengan kontrak bertarif triliunan rupiah?
Maka, hiperrealitasnya adalah kita terpukau dengan frasa 'pemain asing' tanpa ada perbandingan kualitas dan kualifikasi mereka sebagai pemain sepak bola.
Kalau kemudian PSSI hanya berpijak pada fakta Timnas Korsel mengalahkan Timnas Jerman di babak penyisihan grup Piala Dunia Rusia 2018, maka itu artinya PSSI mengabaikan realitas sosial terkait dengan kualifikasi kepelatihan Shin Tae-yong secara utuh (dari berbagai sumber). *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H