Beberapa hari belakangan ini jauh setelah erupsi Gunung Ruang (16/4/2024) di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara (Sulut), berita di media massa (koran, majalah, TV dan radio) dan media online (portal berita) diramaikan dengan penyelamatan hewan peliharaan, terutama kucing dan anjing.
Dalam berita, terutama TV, tidak ada narasi tentang nasib hewan ternak, seperti ayam, bebek, itik, kambing, sapi dan lain-lain.
Jika dibandingkan dengan gempa Cianjur (2022) kegiatan petugas penyelamat dan relawan di area terdampak erupsi Gunung Ruang jauh lebih manusia karena di Gempa Cianjur tidak ada kegiatan untuk penyelamatan hewan ternak dan piaraan.
Baca juga: Nasib Hewan Piaraan dan Ternak yang Luput dari Perhatian di Berita Gempa Bumi Cianjur
Di beberapa negara ada relawan yang mengangani hewan ternak dan peliharaan jika terjadi bencana alam. Hal ini mereka lakukan karena binatang tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Apalagi hewan-hewan itu dikurung di sangkar, di kandang atau dikerangkeng.
Dari penyelamatan yang dilakukan petugas di area terdampak Gunung Ruang terdeteksi binatang, anjing dan kucing, yang ada di dalam rumah. Mereka tidak bisa keluar rumah.
Bahkan, ditemukan anjing yang duduk manis di depan pintu rumah menunggu tuannya kembali. Ini salah satu sifat anjing peliharaan yang patuh terhadap tuannya, tapi dalam kondisi ini mereka akan jadi korban karena tuannya tidak akan kembali dalam waktu dekat.
Sedangkan binatang piaraan, seperi ayam, itik dan bebek akan jadi santapan pemangsa jika mereka berkeliaran. Bahkan, kambing pun bisa jadi korban pemangsa seperti biawak, buaya atau macan tutul.
Burung yang ada di dalam sangkar jika masih hidup tentulah akan menderita dan bisa mati karena tidak ada pasokan air minum dan makanan. Begitu juga dengan satwa air yang ada di akurium akan mati jika tidak diselamatkan.