Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Realitas Tempat Duduk Prioritas di Bus Transjakarta, KRL, serta KA Lokal

28 Februari 2024   12:32 Diperbarui: 28 Februari 2024   18:44 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para wanita yang mencoba layanan ini menggunakan peralatan ini (bbc.com/KWON SUNG-HOON/BUSAN METROPOLITAN CITY VIA AP)

"Terima kasih, Oom. Itu bukan hak saya!" Itulah jawaban seorang anak muda di KRL relasi Jakarta-Bogor ketika saya tunjukkan tempat duduk kosong di samping saya.

Beberapa kali saya naik KRL Jakarta-Bogor dan sebaliknya tempat duduk prioritas justru sering kosong, pada waktu yang sama ada beberapa anak muda justru memilih berdiri, tentu saja sambil main Ponsel.

Kondisi itu berbeda jauh dengan KRL relasi Tanah Abang (Jakarta Pusat) -- Rangkasbitung (Banten), Duri (Jakarta Barat) -- Tangerang (Banten) serta Jakarta -- Bekasi/Cikarang (Jabar) dan sebaliknya. Juga kereta api (KA) Ekonomi, sekarang jadi Commuterline, Rangkasbitung-Merak (Banten).

Beberapa kali saya naik KRL Tanah Abang-Rangkasbitung dan sebaliknya tempat duduk prioritas justru ditempati oleh penumpang yang tidak sesuai dengan pertuntukan seperti yang tertera: Lansia, disabilitas, perempuan hamil, dan ibu dengan bayi.

Commuter Line menerjemahkan women with infant menjadi ibu dengan anak. Maka, tidak mengherankan kalau ada ibu yang membawa dua anak sudah di atas lima tahun duduk bertiga di tempat duduk prioritas itu.

Sejatinya, ibu itu berdiri karena tidak sedang hamil. Biarlah anaknya yang duduk, berikan tempat duduk ke yang lebih berhak.

Suatu hari di KRL Rangkasbitung-Tanah Abang saya duduk di tempat duduk prioritas bersebelahan dengan seorang laki-laki yang dari tampangnya berumur muda. Di salah satu stasiun naik seorang ibu dengan anak perempuan berumur sekitar 6-7 tahun.

Ibu itu kemudian duduk di tengah dan putrinya berdiri. Laki-laki di sebelahnya tanpa ekspresi terus memainkan ponselnya mengabaikan anak perempuan yang berdiri di depannya.

Kursi prioritas (Sumber: X/Direktorat Jenderal Perhubungan Darat @hubdat151)
Kursi prioritas (Sumber: X/Direktorat Jenderal Perhubungan Darat @hubdat151)

"Kita juga bayar!" Ini yang dikatakan oleh beberapa penumpang KA Rangkas-Merak yang tidak kebagian tempat duduk alias mereka dapat karcis tanpa nomor tempat duduk tapi mereka duduk di tempat duduk yang masih kosong.

Di empat sudut gerbong ada tempat duduk prioritas, tapi tempat duduk itu dijual. Sejatinya tempat duduk prioritas tidak dijual atau kalau dijual diberikan kepada yang berhak berdasarkan identitas ketika membeli tiket di loket. 

Jika melalui aplikasi perlu juga ada cara yang memastikan mereka termasuk penumpang yang berhak atas kursi prioritas.

"Pak, saya cari tempat duduk, ya!" Ini tawaran Petugas Pengawalan Kereta (Walka) pada sebuah perjalan dengan KRL dari Tanah Abang relasi Bekasi.

"Saya dekat, Pak!" Itu selalu jawaban saya karena penumpang yang diminta memberikan tempat duduk biarpun mereka tidak berhak selalu menunjukkan raut wajah yang tidak ikhlas. Maka, saya memilih untuk tetap berdiri.

Hanya saja di bus Transjakarta saya justru sering diberikan tempat duduk oleh, maaf ini bukan rasialisme, anak muda, lagi-lagi maaf, nonpribumi.

Di KRL penumpang yang tidak berhak duduk di tempat duduk prioritas sering menyibukkan diri dengan Ponsel atau merebahkan kepala ke belakang dengan menutup, maaf, memicingkan mata.

Para wanita yang mencoba layanan ini menggunakan peralatan ini (bbc.com/KWON SUNG-HOON/BUSAN METROPOLITAN CITY VIA AP)
Para wanita yang mencoba layanan ini menggunakan peralatan ini (bbc.com/KWON SUNG-HOON/BUSAN METROPOLITAN CITY VIA AP)

Korea Selatan (Kosel) dikabarkan menguji peringatan tempat duduk nirkabel untuk penumpang yang hamil. Sebuah sistem nirkabel dengan bluetooth yang memperingatkan pengguna kereta bawah tanah agar menyerahkan kursinya kepada penumpang yang sedang hamil telah diujicoba di Korsel (bbc.com, 3/6/2016).

Tampaknya, sudah saatnya PT KAI Commuterline, PT Transjakarta, dan LRT menerapkan cara yang dilakukan di Korsel itu untuk memberikan pelajaran serta meningkatkan kepedulian terhadap penumpang yang berhak di tempat duduk prioritas.

PIN ibu hamil KRL (Sumber: kompas.com/PT KAI Commuter)
PIN ibu hamil KRL (Sumber: kompas.com/PT KAI Commuter)

Saat ini penumpang KRL yang hamil sudah diberikan PIN Ibu Hamil.

Untuk mendapatkan PIN ibu hamil KRL, yang bersangkutan harus mendaftarkan diri terlebih dahulu di laman yang disediakan, dengan syarat memiliki kartu multi trip (KMT) (kompas.com, 26/2/2023). Bus Transjakarta juga menyedikan PIN Prioritas yang disebut PIN Perista Transjakarta.

PIN Perista Transjakarta (Sumber: X/Busway Fans Club @BuswayFansC)
PIN Perista Transjakarta (Sumber: X/Busway Fans Club @BuswayFansC)

Tapi, maaf, karena tingkat kesadaran setengah orang yang belum pada ranah kepedulian yang ikhlas, maka perlu sistem seperti yang diterapkan oleh Korsel sebagai bagian dari meningkatkan kepedulian yang ikhlas. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun