Di empat sudut gerbong ada tempat duduk prioritas, tapi tempat duduk itu dijual. Sejatinya tempat duduk prioritas tidak dijual atau kalau dijual diberikan kepada yang berhak berdasarkan identitas ketika membeli tiket di loket.Â
Jika melalui aplikasi perlu juga ada cara yang memastikan mereka termasuk penumpang yang berhak atas kursi prioritas.
"Pak, saya cari tempat duduk, ya!" Ini tawaran Petugas Pengawalan Kereta (Walka) pada sebuah perjalan dengan KRL dari Tanah Abang relasi Bekasi.
"Saya dekat, Pak!" Itu selalu jawaban saya karena penumpang yang diminta memberikan tempat duduk biarpun mereka tidak berhak selalu menunjukkan raut wajah yang tidak ikhlas. Maka, saya memilih untuk tetap berdiri.
Hanya saja di bus Transjakarta saya justru sering diberikan tempat duduk oleh, maaf ini bukan rasialisme, anak muda, lagi-lagi maaf, nonpribumi.
Di KRL penumpang yang tidak berhak duduk di tempat duduk prioritas sering menyibukkan diri dengan Ponsel atau merebahkan kepala ke belakang dengan menutup, maaf, memicingkan mata.
Korea Selatan (Kosel) dikabarkan menguji peringatan tempat duduk nirkabel untuk penumpang yang hamil. Sebuah sistem nirkabel dengan bluetooth yang memperingatkan pengguna kereta bawah tanah agar menyerahkan kursinya kepada penumpang yang sedang hamil telah diujicoba di Korsel (bbc.com, 3/6/2016).
Tampaknya, sudah saatnya PT KAI Commuterline, PT Transjakarta, dan LRT menerapkan cara yang dilakukan di Korsel itu untuk memberikan pelajaran serta meningkatkan kepedulian terhadap penumpang yang berhak di tempat duduk prioritas.
Saat ini penumpang KRL yang hamil sudah diberikan PIN Ibu Hamil.