Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Electrifying Lifestyle Dukung Pemanfaatan Energi Berkelanjutan

4 Februari 2024   20:30 Diperbarui: 4 Februari 2024   20:35 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: kce.ac.in)

Tidak ada pilihan lain bagi setiap orang atau individu untuk tidak menjaga kelestarian lingkungan hidup di tengah-tengah kebutuhan energi yang besar agar cadangan energi bisa dimanfaatkan mendukung kemajuan Indonesia.

Ketika dunia bergerak ke pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) Indonesia juga mendukungnya melalui program energi hijau dengan memanfaatkan potensi alam, seperti air (Pembangkit Listrik Tenaga Air/PLTA), angin (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/PLTB), sinar matahari (Pembangkit Listrik Tenaga Surya/PLTS) dan panas bumi (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/PLTPB) sebagai sumber energi.

Sebagai bagian dari masyarakat setiap warga atau individu bisa mendukung kelestarian alam dengan Pemanfaatan Energi yang tidak merusak alam. Dengan kata lain sumber energi tersebut baru dan terbarukan (EBT) yang tidak habis sehingga tidak mengganggu cadangannya.

Misalnya, dengan meningkatkan penggunaan energi listrik di rumah untuk berbagai keperluan sehingga mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM), seperti kompor minyak tanah dan gas untuk kompor dan pemanas air.

Secara nasional tingkat rasio elektrifikasi mencapai 99,63 persen dan rasio desa yang sudah dialiri listrik PLN mencapai 99,79 persen pada akhir tahun 2022. Dengan kondisi ini, maka penggunaan peralatan rumah tangga yang digerakkan dengan arus listrik sudah tidak jadi masalah.

Artinya, kita perlu meningkatkan gaya hidup baru dalam Pemanfaatan Energi dengan memakai peralatan yang serba elektrik mulai dari memasak (kompor listrik), menyeterika (seterika listrik), mencuci (mesin cuci listrik), pemanas air dengan tenaga listrik dan bekerja serta bepergian dengan kendaraan bermotor, motor dan mobil, listrik (EV -- electric vehicle).

Dalam bahasa yang lebih populer sudah saatnya menjaga kelestarian alam dengan gaya hidup baru yang serba elektrik yang dikenal sebagai electrifying lifestyle.

Bahkan, untuk angkutan umum, seperti Angkot (angkutan kota) dan bus sudah saatnya memakai tenaga baterai. Manajemen TransJakarta sudah mulai mengoperasikan bus dengan tenaga listrik (baterai).

Bus TransJakarta Listrik (Sumber: transjakarta.co.id)
Bus TransJakarta Listrik (Sumber: transjakarta.co.id)

Di Swedia, Eropa, kendaraan bermotor, untuk sementara terbatas pada bus Bandara, bisa mengecas baterai sambil jalan. Sedangkan di Indonesia PLN terus menambah jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

Bagi orang per orang pun sudah saatnya lebih mengutamakan bepergian ke tempat kerja sehari-hari dengan angkutan umum untuk mengurangi emisi karbon.

Di kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) bahkan sekarang sudah menjangkau Rangkasbitung (Banten) sudah dilayani angkutan massal yaitu KRL (Kereta Rel Listrik). Dalam jaringan yang terbatas juga dilayani MRT (Light Rail Transit - Moda Raya Terpadu) di bawah permukaan tanah dan LRT (Light Rail Transit - Lintas Rel Terpadu) layang atau di atas permukaan tanah.

Menggunakan energi hijau di berbagai sektor kehidupan diperlukan untuk mengurangi emisi karbon dengan menerapkan gaya hidup baru yang berbasis pada peralatan yang digerakkan dengan listrik untuk Pemanfaatan Energi Berkelanjutan.

Di sektor rumah tangga, misalnya, pemerintah melalui Kementerian ESDM menyalurkan paket kompor listrik gratis kepada 300.000 penerima yang ditetapkan berdasarkan kreteria tertentu yaitu yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Ini merupakan implementasi dari program konversi kompor yang menggunakan elpiji 3 kg ke kompor listrik.

Untuk lebih mendorong keluarga agar meninggalkan kompor minyak tanah dan gas pemerintah didorong untuk meningkatkan jumlah keluarga yang menerima kompor listrik gratis.

Jumlah rumah tangga miskin di Indonesia diperkirakan sekitar 7,5 juta. Ini merupakan sasaran terbaik pembagian kompor listrik gratis untuk mengalihkan pemakaian kompor minyak tanah dan kompor gas 3 kg.

Ilustrasi (Sumber: lestari.kompas.com)
Ilustrasi (Sumber: lestari.kompas.com)

Dengan meningkatnya pemakaian listrik untuk berbagai peralatan, tentulah penyedia daya yaitu PLN juga meningkatkan pasokan daya. Pembangkit listrik PLN masih ada yang memakai minyak diesel dan batu bara yang justru sumber emisi karbon dan memakai bahan yang dikeruk dari bumi. Ini merusak keseimbangan alam yang bisa mengganggu kelestarian lingkungan.

PLN bisa mengurangi pemakaian minyak diesel dan batu bara dengan meningkatkan PLTS dan PLTB serta PLTS Atap di rumah-rumah warga dan objek-objek lain yang memakai daya listrik.

Selama ini pemerintah mengalokasikan dana di APBN untuk subsisi energi. Di APBN 2024 pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 185,87 triliun untuk subsidi energi yang terdiri atas Subsidi Jenis BBM Tertentu dan LPG Tabung 3 kg sebesar Rp 110 triliun serta Subsidi Listrik sebesar Rp 75,83 miliar.

Nah, kalau saja pemerintah bersama Kementerian ESDM dan PLN mengalihkan subsidi listrik untuk bantuan pemasangan panel surya di atap rumah (PLTS Atap) tentulah akan mengurangi beban PLN dengan mengurangi penggunaan minyak diesel dan batu bara.

Biaya pemasangan PLTS Atap berkisar antara Rp 13 -- Rp 17 juta. Jumlah ini tentulah berat bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah sehingga mereka memerlukan bantuan dalam bentuk subsidi.

Seperti halnya yang dilakukan pemerintah terhadap pembelian motor dan mobil listrik dengan memberikan subsidi. Untuk pembelian satu motor listrik disediakan subsidi Rp 7 juta.

Sumbangsih orang per orang dalam Pemanfaatan Energi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan pada gilirannya mendorong kemajuan nasional Indonesia (dari berbagai sumber). *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun