Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serial Santet #48 Kawat Seperti Kail Dikirim untuk Menjepit Otot

7 Januari 2024   16:38 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:39 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan 'umpan' dedaunan, seperti cocor bebek, yang dipetik di tepi jalan Pak Ajie menarik benda di bahu kiri dengan ujung keris kecil.

Kreeeekkkk .... Benda yang semula berupa jelly di badan berubah ke wujud semula yaitu kawat yang dibengkokkan seperti mata pancing atau kail.

Itu yang menyebabkan kesemutan dan nyeri ke kepala karena benda itu menjepit urat atau otot di badan.

Itulah salah satu beda antara sulap, sihir dan santet. Kalau sulap atau sihir, misalnya, sapu tangan jadi kembang atau merpati jika disimpan di toplet semalaman merpati akan berubah wujud jadi sapu tangan lagi.

Sebaliknya, pada santet benda padat diubah jadi jelly yang dikenal sebagai dematerialisasi. Tapi, setelah 'dipegang' Pak Ajie jelly di badan berubah ke wujud semula yaitu kawat.

Rasanya ringan setelah benda ditarik dari bahu. Setiap benda ditarik dari badan saya selalu berdoa agar tidak ada lagi kiriman yang diaminkan Pak Ajie.

Tapi, orang-orang yang berhubungan dengan penyantet tidak akan pernah berhenti sebelum tujuannya tercapai karena penyantet akan 'memaksa' yang membeli agar terus mengirim santet.

Celakanya, orang-orang yang membayar penyantet akan menyebar kabar bahwa yang salah adalah korban karena percaya ada santet. Ini memang ironis.

Anak saya, misalnya, menuduh saya musyrik karena percaya ada santet, sementara orang-orang yang membayar penyantet justru lolos dari tudingan sebagai seorang musyrik.

Yang lebih konyol, seperti yang saya alami, kalangan keluarga sendiri juga sudah termakan 'hoaks' dari orang yang bayar penyantet dan menuduh saya yang salah karena pergi ke Banten untuk berobat. Lagi-lagi ironis!

Makanya, tidak sedikit teman yang saya kabari untuk sekedar minta bantuan justru berbalik menuding saya sebagai pihak yang bersalah karena percaya ada santet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun