Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penyebaran HIV/AIDS di Kota Pekanbaru Akan Masif Jika Suami IRT HIV-positif Tidak Jalani Tes HIV

3 Januari 2024   14:25 Diperbarui: 3 Januari 2024   14:33 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: ccp.jhu.edu)

"Diskes Kota Pekanbaru Sebut 2.900 Penderita HIV/AIDS Didominasi IRT." Ini judul berita di infopublik.id (28/12/2023).

Judul berita ini memang tidak akurat bahkan bersifat misleading (menyesatkan), tapi yang paling menarik dari data itu namun tidak dielaborasi oleh narasumber dan wartawan yaitu soal suami-suami yang menularkan HIV/AIDS ke IRT tersebut.

Baca juga: Mustahil Ibu Rumah Tangga di Kota Pekanbaru Bisa Mendominasi Kasus HIV/AIDS

Persoalan yang sangat mendasar terkait dengan kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga (IRT) adalah suami mereka tidak menjalani tes HIV.

Bahkan, tidak sedikit suami IRT yang terdeteksi HIV-positif menolak jika dianjurkan tes HIV. Tidak hanya sampai di situ, di Kabupaten Lebak, Banten, suami-suami yang mengetahui istrinya HIV-positif ketika melahirkan di rumah sakit (RS) malahan langsung kabur meninggalkan istrinya di RS dan anak-anaknya di rumah.

Baca juga: Kasus HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga di Banten Tanpa Penjelasan Bagaimana Mereka Tertular

Terkait dengan kasus HIV/AIDS yang banyak terdeteksi pada IRT di Kota Pekanbaru, Riau, maka itu merupakan 'lampu merah' bagi Pemkot Pekanbaru jika para suami itu tidak menjalani tes HIV.

Itulah sebabnya program tes HIV pada ibu hamil perlu diperbaiki yaitu yang menjalani tes HIV bukan ibu hamil, tapi suami ibu hamil. Jika hasil tes HIV suami positif, maka istri pun menjalani tes HIV sebagai bagian dari program pencegahan penularan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.

Lagi pula dengan hanya melakukan tes HIV terhadap ibu hamil bisa mendorong stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlaku berbeda) yang justru merupakan perbuatan yang melawan hukum dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM).

Jika hasil tes suami menunjukkan HIV-negatif, maka istri menjalani konseling untuk mengetahui riwayat perilaku seksualnya. Karena bisa jadi si istri pernah menikah sebelumnya atau melakukan perilaku seksual berisiko.

Dengan cara yang mendahulukan suami ibu hamil yang menjalani tes HIV, maka mereka bisa mengikuti konseling agar tidak menularkan HIV/AIDS ke orang lain.

Salah satu isu penting sebelum tes HIV setelah konseling adalah pernyataan yang merupakan janji bahwa kalau hasil tes positif, maka yang bersangkutan akan menghentikan penularan HIV/AIDS mulai dari dia.

Nah, itu artinya penyebaran HIV/AIDS melalui suami-suami IRT yang terdeteksi HIV-positif bisa diputus sehingga menurunkan insiden infeksi HIV baru, terutama pada perempuan, karena suami-suami itu bisa saja punya istri lebih dari satu atau punya perempuan sebagai pasangan seks lain bisa juga pekerja seks atau cewek prostitusi online.

Hanya saja dalam berita tersebut tidak ada keterangan tentang jumlah IRT yang HIV-positif. Tapi, dengan menyebut kasus HIV/AIDS paling banyak pada IRT itu artinya banyak pula laki-laki, dalam hal ini suami, yang mengidap HIV/AIDS.

Matriks: Penyebaran HIV/AIDS di Kota Pekanbaru Jika Suami IRT HIV+ Tidak Jalani Tes HIV (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Penyebaran HIV/AIDS di Kota Pekanbaru Jika Suami IRT HIV+ Tidak Jalani Tes HIV (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Mereka itulah yang jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di Kota Pekanbaru, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, jika mereka yaitu para suami IRT yang HIV-positif itu tidak menjalani tes HIV.

Pertambahan kasus HIV baru di Kota Pekanbaru akan kian masif dan cepat karena selain disebarkan oleh para suami IRT yang mengidap HIV/AIDS juga ada laki-laki lain yang melakukan hubungan seksual berisiko yaitu dengan pekerja seks dan cewek prostitusi online.

Maka, tidaklah mengherankan kalau kelak di kemudian hari kasus HIV/AIDS di Kota Pekanbaru akan terus bertambah yang pada gilirannya jadi 'ledakan AIDS.' *

*Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun