Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kasus HIV/AIDS di Jambi Bukan Karena Perilaku Menyimpang

30 Desember 2023   20:50 Diperbarui: 30 Desember 2023   20:53 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: hospitalpresidente.com.br)

"Kasus HIV/AIDS di Jambi Meningkat, Mayoritas karena Perilaku Menyimpang LGBT" Ini judul berita di hidayatullah.com (15/12/2023).

Judul ini termasuk hoaks (informasi bohong) karena sampai sekarang tidak ada laporan kasus penularan HIV/AIDS dengan faktor risiko seks lesbian yaitu L dalam LGBT.

Seks pada lesbian bukan seks penetrasi sehingga tidak merupakan faktor risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual.

Lagi pula risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual pada gay, biseksual dan transgender (dikenal sebagai Waria) bukan karena sifat hubungan seksual yang mereka lakukan, dalam berita ini disebut 'perilaku menyimpang.

'Perilaku menyimpang' adalah terminologi moral yang menyesatkan karena dalam konteks seksual tidak ada hubungan seksual yang menyimpang.

Selain itu penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual yang dalam berita disebut 'perilaku menyimpang,' tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual, pada kasus ini seks oral dan seks anal pada gay dan transgender sedangkan pada biseksual seks oral, vaginal dan anal yaitu salah satu atau kedunya mengidap HIV/AIDS. Kondisinya yang menganal dan yang dioral tidak memakai kondom. Ini fakta!

Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Dalam berita disebutkan: Sepanjang tahun 2023 ada sebanyak 126 kasus HIV dan 25 kasus AIDS di Kota Jambi. Tapi, Didik Sunaryadi, Program Koordinator RSSH Jambi, seperti dikutip hidayatullah.com mengatakan jumlah kasus HIV dan AIDS akibat perilaku seks menyimpang. Data tidak dirinci terkait dengan faktor risiko penularan.

Dikatakan oleh Didik: .... perlu kerja sama dari semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat, untuk meningkatkan pemahaman tentang HIV, mengurangi stigma, serta memberikan edukasi yang akurat dan dapat dipercaya kepada seluruh masyarakat.

Sosialisasi sudah dilakukan sejak pemerintah mengakui ada kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu tahun 1987 padahal secara global kasus HIV/AIDS sudah terdeteksi tahun 1981.

Tapi, karena materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama informasi tentang HIV/AIDS jadi mitos (anggapan yang salah).

Misalnya, seperti judul berita ini. Penularan HIV/AIDS bukan karena orientasi seksual yang dalam berita disebut gay (homoseksual yaitu tertarik secara seksual dengan sejenis) dan biseksual (yaitu tertarik secara seksual dengan lawan jenis dan sejenis). Sedangkan transgender bukan orientasi seksual tapi identitas gender.

Stigma adalah kondisi di hilir yaitu setelah seseorang menjalani tes HIV dan identitasnya bocor ke masyarakat.

Yang diperlukan adalah langkah penanggulangan di hulu yang menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurukan, jumlah insiden infeksi HIV baru terutama pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual berisiko.

Hubungan seksual berisiko yaitu:

  • hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, dan
  • hubungan seksual dengan seseorang yang sering ganti pasangan, seperti pekerja seks dan cewek prostitusi online, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom

Hubungan seksual berisko di atas yang perlu diintervensi agar laki-laki memakai kondom. Tanpa langkah yang konkret di hulu maka insiden infeksi HIV pada laki-laki akan terus terjadi.

Pada gilirannya laki-laki yang tertular HIV/AIDS akan jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, teruatama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Hal di atas bisa terjadi karena warga yang tertular HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka tertular HIV/AIDS karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART).

Penyebaran HIV/AIDS itu ibarat 'bom waktu' yang kelak jadi 'ledakan AIDS' di Kota Jambi. *

*Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun