Berita "Peringati Hari AIDS Sedunia 2023, Pupuk Kaltim Gencarkan Edukasi HIV/AIDS di Masyarakat" (klikkaltim.com, 5/12-2023) juga bicara di hilir yaitu mendukung Odha dan menekan jumlah kasus HIV/AIDS dan TB.
Tapi, bagaimana caranya? Tidak ada penjelasan yang bisa sampai ke masyarakat.
Berita "Peringatan Hari AIDS Sedunia 2023, Mengenal Gejala dan Berapa Lama Seseorang Dapat Hidup Jika Mengidap HIV/AIDS" (jawapos.com, 2/12-2023) memunculkan 'gejala AIDS' tapi tanpa informasi pendukung yang akurat.
Gejala-gejala, ciri-ciri atau tanda-tanda yang disebut-sebut terkait dengan HIV/AIDS tidak semerta terkait dengan infeksi HIV karena fejala-gejala, ciri-ciri atau tanda-tanda tersebut juga bisa terjadi karena infeksi penyakit lain.
Maka, harus ada syaratnya dan ini tidak disebutkan dalam berita sehingga berita itu bisa jadi misleading (menyesatkan). Bahkan, tanpa gejala-gejala, ciri-ciri atau tanda-tanda yang terkait dengan HIV/AIDS pun seseorang bisa saja mengidap HIV/AIDS.
Itulah sebabnya perlu informasi yang akurat: gejala-gejala, ciri-ciri atau tanda-tanda yang terkait dengan HIV/AIDS bisa menjadi indikasi terinfeksi HIV, jika:
- yang bersangkutan, laki-laki dan perempuan dewasa, pernah atau sering melakukan hubungan seksual di dalam nikah dengan pasangan yang berganti-ganti,
- yang bersangkutan, laki-laki dan perempuan dewasa, pernah atau sering melakukan hubungan seksual di di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti,
- yang bersangkutan, laki-laki dewasa, pernah atau sering melakukan hubungan seksual seseorang yang sering ganti pasangan, seperti pekerja seks atau cewek prostitusi online.
Ketika sesorang mengalami gejala-gejala, tanda-tanda atau ciri-ciri yang terkait dengan HIV/AIDS, tapi tidak pernah melakukan perilaku seksual berisiko di atas, maka gejala-gejala, tanda-tanda atau ciri-ciri tersebut sama sekali tidak terkait dengan HIV/AIDS. Ini fakta!
Sudah saatnya pemerintah dan institusi terkait melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengedepankan informasi HIV/AIDS yang akurat.
Tanpa penanggulangan di hulu, maka epidemi HIV/AIDS di Indonesia bisa jadi bencana bak 'afrika kedua.' *
*Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H