Sejatinya pada peringatan global Hari AIDS Sedunia (HAS) yang dirayakan setiap tanggal 1 Desember sejak tahun 1988 informasi tentang HIV/AIDS disampaikan secara benar, tapi yang terjadi di Indonesia justru banyak artikel dan berita yang sama sekali tanpa informasi yang akurat tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS.
Sejak dunia menghadapi kasus HIV/AIDS di tahun 1981 muncul mitos karena dikaitkan dengan norma, moral dan agama. Tapi, belakangan HIV/AIDS mulai didudukkan di ranah medis dengan informasi cara-cara penularan dan pencegahan yang realistis.
Hanya saja di Indonesia, kasus HIV/AIDS baru diakui pemerintah di tahun 1987, informasi tentang HIV/AIDS terus dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga mengaburkan fakta medis dan menyuburkan mitos.
Baca juga: Menyoal (Kapan) 'Kasus AIDS Pertama' di Indonesia
Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan seks pranikah, zina, pelacuran, seks bebas, LGBT dan seterusnya.
Padahal, secara medis penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual (bisa) terjadi bukan karena sifat hubungan seksual (seks pranikah, zina, pelacuran, seks bebas, LGBT), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual di dalam dan di luar nikah (salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom). Ini fakta medis!
Salah satu faktor yang mendorong insiden infeksi HIV baru di Indonesia adalah mitos. Maka, ketika laki-laki, misalnya, melakukan hubungan seksual dengan cewek prostitusi online tanpa kondom mereka menganggap hal itu bukan perilaku yang bisa menyebabkan penularan HIV/AIDS.
Banyak artikel dan berita yang hanya memaparkan sejarah HAS. Padahal, saat peringatan HAS sangat tepat menyampaikan pesan untuk meningkatkan kesadaran agar menghindari perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko terjadi penularan HIV/AIDS.
Dalam berita "Pemkab Keerom Peringati Hari AIDS Sedunia 2023, Wabup Wahfir: Jangan Kucilkan ODHA" (papua.tribunnews.com, 8/12-2023) yang dikepankan adalah stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda).