Ternyata biarpun informasi yang akurat tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang benar sudah banjir, baik melalui media massa, media online dan Internet tapi tetap saja pemahaman setengah orang keliru yang pada gilirannya membuat banyak orang terjerumus ke perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko tinggi tertular dan menularkan HIV/AIDS.
Salah satu di antara sekian banyak kekeliruan yang berujung mitos (anggapan yang salah) tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku seksual yaitu mengaitkan LGBT dengan penularan HIV/AIDS.
Sejatinya, LGBT [lesbian (perempuan), gay (laki-laki), biseksual (laki-laki dan perempuan)] adalah orientasi seksual (homoseksual) yaitu pola ketertarikan secara seksual yang ada di alam pikiran. Sedangkan transgender adalah identitas gender.
Baca juga: LGBT Sebagai Orientasi Seksual Ada di Alam Pikiran
Hanya transgender yang kasat mata, sementara lesbian, gay dan biseksual tidak bisa dikenali secara fisik atau tidak kasat mata.
Maka, yang jadi persoalan kalau dikaitkan dengan penularan HIV/AIDS bukan lesbian, gay dan biseksual sebagai orientasi seksual, tapi perilaku seksual mereka.
Tapi, perlu diingat perlaku seksual gay dan biseksual berisiko tertular HIV/AIDS jika salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan yang menganal (gay dan biseksual) serta laki-laki tidak memakai kondom ketika terjadi hubungan seksual (biseksual).
Baca juga: Penularan IMS dan HIV/AIDS Bukan Karena Perilaku LGBT atau LSL
Yang perlu diingat tidak sedikit kalangan heteroseksual, bahkan pasangan suami istri yang sah menurut agama dan hukum, yang juga melakukan perilaku seksual gay dan biseksual yaitu seks oral (Cunnilingus- mulut ke vagina atau Fellatio- mulut ke penis), seks anal dan posisi '69' dalam kehidupan berumah tangga.
Sedangkan lesbian bukan faktor risiko penularan HIV/AIDS karena tidak terjadi seks penetrasi pada kegiatan seksual lesbian. Sampai detik ini belum ada laporan kasus penularan HIV/AIDS karena hubungan seksual pada lesbian.