Pada Pilpres 2014 kader Golkar Jusuf Kalla dipasangkan PDIP dengan Jokowi, kini Golkar menyandingkan Gibran dengan Prabowo
Ibarat main bola kedudukan antara Partai Golkar (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di penghujung laga jadi imbang 1-1.
Pada pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2014 menggaet Jusuf Kalla sebagai pendamping calon presiden (Capres) Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon wakil presiden (Cawapres).
Ketika itu Jusuf Kalla merupakan anggota Golkar. Padahal, Golkar sendiri ketika itu mengusung Prabowo Subianto/Hatta Radjasa bersama Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Tapi, ketika itu tidak ada ribut-ribut seperti sekarang ketika petugas PDI-P, Gibran Rakabuming Raka, yang juga Wali Kota Solo, digaet Golkar sebagai pendamping Prabowo sebagai Cawapres pada Pilpres 2024.
Komentar berseliweran di media massa (surat kabar, majalah radio dan TV), media online serta media sosial (Medsos) terkait dengan keanggotaan Gibran.
Selain itu dikaitkan pula dengan ayahnya, Presiden Jokowi, padahal secara objektif tidak ada sangkut-pautnya secara langsung karena pemilihan Gibran sebagai Cawapres bukan 'atas petunjuk Jokowi' dan bukan pula 'cawe-cawe' Istana.
Tidak kurang dari Ketua DPC PDI-P Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, meminta agar Gibran Rakabuming Raka mengembalikan kartu tanda anggota (KTA) PDI-P. Laporan di kompas.com (27/10-2023) menyebutkan Gibran akan segera menemui Hadi untuk mengembalikan KTA PDIP.
Reaksi PDI-P ketika Gibran digaet Golkar bertolak belakang dengan kondisi ketika Jusuf Kalla digaet PDIP jadi Cawapres Jokowi.
Bahkan, ada suara dengan nada sumbarang yang menyebut Gibran berkhianat. Lalu, bagaimana dengan Jusuf Kalla ketika dipasangkan PDI-P dengan Jokowi di Pilpres 2014?