"Ngeri, Dr. Inong Beberkan Penyakit Kelamin yang Timbul Akibat Perilaku LGBT dan LSL" Ini judul artikel di disway.id (3/6-2023).
Judul artikel atau berita ini ngawur bin ngaco karena:
Pertama, istilah penyakit kelamin sudah ditinggalkan karena tidak semua infeksi penyakit yang tertular melalui hubungan seksual terjadi di alat kelamin. Istilah yang diperkenalkan adalah IMS (infeksi menular seksual), seperti kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), klamidia, virus kanker serviks, virus hepatits B dan lain-lain.
Kedua, penularan IMS dan HIV/AIDS bukan karena perilaku LGBT dan LSL, tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks oral dan seks anal) yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (Lihat matriks sifat dan kondisi hubungan seksual)
Ketiga, di terminologi LGBT ada lesbian. Seks pada lesbian bukan perilaku seksual berisiko karena tidak ada seks penetrasi.
Sejatinya artikel atau berita harus melalui koreksi yang dilakukan oleh pihak yang berkompeten. Judul artikel atau berita ini benar-benar menyesatkan (misleading).
Disebutkan: Dr. Dewi Inong Irana, SpKK atau yang biasa disapa Dr. Inong mengatakan bahwa penyakit yang diakibatkan dari perilaku seks menyimpang, terutama Homoseksual atau Lelaki Seks Lelaki (LSL) sangat buruk dan membuat merinding.
Dalam konteks seks tidak ada 'seks menyimpang' bahkan kalangan yang menyalurkan libido dengan cara-cara yang lain hanya disebut paraphilia.
Istilah 'seks menyimpang' adalah bahasa moral yang keluar dari konteks seksualitas.
Laki-laki atau perempuan yang terikat pernikahan yang sah menurut agama dan hukum melakukan hubungan seksual di luar nikah, apakah ini tidak termasuk 'seks menyimpang'?
Risiko penularan IMS dan HIV/AIDS atau keduanya sekaligus bukan karena orintasi seksual yaitu LGBT (lesbian, gay atau LSL, dan biseksual) sedangkan transgender bukan orientasi seksual tapi identitas gender, tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral). Sedangkan seks pada lesbian bukan perilaku seksual berisiko karena tidak terjadi seks penetrasi (vaginal).
Disebutkan pula: Dalam video tersebut, Dr.Inong mengungkapkan perilaku LGBT menimbulkan penyakit kelamin dan yang paling banyak ditemui yakni HIV-AIDS. Bahkan, tidak sedikit yang meregang nyawa digerogoti virus HIV-AIDS.
Soal istilah penyakit kelamin sudah dibahas di atas yaitu tidak semua infeksi penyakit yang tertular melalui hubungan seksual terjadi di alat kelamin, seperti virus hepatitis B (infeksi di darah) dan HIV/AIDS (infeksi di darah).
Kematian pada pengidap HIV/AIDS bukan karena digerogoti HIV/AIDS karena sampai sekarang belum ada kasus kematian karena HIV/AIDS. Kematian pengidap HIV/AIDS terjadi karena penyakit-penyakit lain di masa AIDS (secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular HIV jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART).
Ada lagi kutipan: "Semua nih, semua pelaku seks bebas di luar pernikahan ini harus tahu ini akibatnya apa, itu hak asasi mereka harus tahu sejelas-jelasnya," kata Dr. Inong.
Apa, sih, seks bebas itu?
Tidak ada penjelasan. Lagi pula kalau seks bebas diartikan zina, maka lagi-lagi tidak ada kaitan langsung antara zina dan penularan IMS dan HIV/AIDS karena penularan IMS dan HIV/AIDS bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas/zina), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap IMS atau HIV/AIDS atau keduanya sekaligus dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!
Baca juga: Pemakaian Istilah Seks Bebas Mengaburkan Cara Penularan HIV
Disebutkan: Dr.Inong mengimbau, masyarakat jangan sampai salah dalam mendukung hak asasi. Menurut Dr. Inong, hak asasi adalah setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar bahwa perilaku seks bebas dan LGBT membawa dampak buruk dan merugikan diri juga orang-orang yang di sekitar.
Apakah penjelasan dalam artikel atau berita ini merupakan informasi tentang IMS dan HIV/AIDS yang benar?
Tidak! *
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI