Di bagian lain Yudi mengatakan: .... penanganan dan menekankan angka HIV Pemprov Jabar lakukan tindakan yang langsung menyentuh Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan memberikan obat Arv ....
Odha (penulisannya bukan dengan huruf kapital karena bukan akronimi tetap kata yang mengadu ke Orang dengan HIV/AIDS -- Lihat: Pers Meliput AIDS, Syaiful W. Harahap, Penerbit Sinar Harapan/Ford Foundation, 2000, hal ....) adalah warga yang sudah tertular HIV. Maka, penanganan Odha tidak menekan angka (jumlah) kasus HIV.
Menekan, dalam hal ini hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV baru, tertuama pada laki-laki dewasa adalah dengan melakukan intervensi agar laki-laki selalu memakai kondom pada hubungan seksual berisik yaitu dengan pekerja seks komersial (PSK). Tapi, hal ini hanya bisa dilakukan jika praktek PSK dilokalisir.
Sedangkan kondisi sekarang pelacuran sudah pindah dari lokalisasi dan jalanan ke media sosial dengan transaksi melalui ponsel yang terjadi sembarang waktu dan di sembarang tempat.
Itu artinya tidak bisa dilakukan intervensi sehingga kasus HIV baru akan terus terjadi. Laki-laki yang (baru) tertular HIV jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat tanpa mereka sadari.
Penyebaran yang terjadi tanpa disadar itu seperti 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS.' *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H