Di zaman kolonial Belanda di aliran Ciliwung dibangun situ, semacam danau kecil, yang berfungsi sebagai penahan aliran air ke hilir (Jakarta), tapi belakangan situ-situ itu 'hilang' karena dijadikan permukiman dan lain-lain. Akibatnya, situ hilang dan air tidak bisa lagi 'parkir' sehingga terus mengalir ke hilir.
Sedangkan di daerah hilir, dalam hal ini Jakarta, selain membangun danau buatan juga disediakan areal luas untuk penguapan di beberapa lokasi yang sekarang berganti fungsi jadi permukiman dan kegiatan bisnis serta bandar udara (Bandara).
Kalau saja konversi areal penguapan itu disubstitusi dengan membuat areal penguapan baru tentulah tingkat keparahan banjir di Jakarta akan berkurang.
Apa pun yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk mengatasi banjir (kiriman) akan sia-sia bak menggantang asap karena persoalan bukan di Jakarta tapi di hulu dan di sepanjang DAS Sungai Ciliwung (Bahan-bahan dari: wikipedia.org dan sumber-sumber lain). *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H