Air Hujan Jadi Run Off
Sungai Ciliwung mengalir dari Mandalawangi ke Jakarta melewati kaki Gunung Salak, Gunung Kendeng, dan Gunung Halimun serta membelah Kota Bogor dan Kota Depok. Sungai Ciliwung jadi 'muara' beberapa sungai sebelum bermuara ke Laut Jawa di Teluk Jakarta.
Daerah di sepanjang aliran Ciliwung, terutama di bantaran (daerah rendah di kiri kanan aliran sungai) sudah 'gundul' karena hanya ditanam denga palawija dan 'banguan' (rumah, fasilitas umum, villa dan lain-lain).
Air hujan pun tidak meresap lagi dalam tanah, tapi jadi air permukaan yang terus mengalir ke daerah yang lebih rendah. Di daerah rendah di pantai akan tergenang karena ada air pasang dan rob.
Selain karena perbedaan letak geografis berdasarkan tinggi daerah dari permukaan laut di sepanjang DAS, menyebabkan air hujan mulai dari hulu sampai hilir jadi run off (aliran air di permukaan tanah) karena kondisi daerah tangkapan hujan (catchment area) di hulu dan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) tidak bisa lagi menahan air hujan karena tidak ada hutan atau pepohonan besar.
Program yang Tidak Realistis
Di kawasan Puncak lereng dengan kemiringan lereng di atas 40% pun sudah dijadikan lahan palawija dan permukiman, sarana pariwisata dan villa-villa pribadi.
Tanaman palawija dan permukiman serta bangunan pariwisata jelas tidak bisa menyerap air hujan sehingga jadi run off yang pada gilirannya akan menimbulan banjir bandang dan longsor. Jika di hulu dan DAS ada hutan dengan tanaman keras dan rumpun bambu, maka air hujan akan ditahan dan dilarikan ke bahwa permukaan tanah melalui akar-akar pohon.
Air hujan yang jadi run off kian deras karena di sepanjang aliran sungai Ciliwung beberapa situ sudah beralih fungsi jadi permukiman sehingga tidak bisa lagi menampung air sebagai penahan arus air permukaan.
Ada Bendungan Ciawi dan Sukamahi untuk menahan laju air Sungai Ciliwung sebelum sampai ke Jakarta. Tapi, di hilir bendungan itu air hujan jadi air permukaan yang mengalir ke Ciliwung.