Bisa jadi dunia olahraga juga sudah dirasuki ketimpangan gender?
Turnamen Piala Dunia Wanita FIFA 2023 diselenggarakan di dua negara yaitu Australia dan Selandia Baru.
Tim Selandia Baru tersingkir di babak penyisihan grup, sementara tim Australia kandas di semifinal di tangan Inggris.
Maka, tidak mengherankan kalau kemudian warga dua negara itu lebih memilih mendukung Spanyol daripada Inggris di final. Maka, Inggris pun menghadapi '12 pemain' yaitu 11 pemain tim dan 1 penoton.
Agaknya, manejemen PSSI yang digadang-gadang akan sukses di tangah Menteri BUMN Erick Tohir sebagai Ketua Umum PSSI sudah saatnya membina sepak bola wanita mumpung perhelatan piala dunia berikutnya empat tahun lagi. Tapi, babak penyisihan tentu sudah dimulai sebelum pelaksanaan final.
Tuan rumah Piala Dunia Wanita FIFA 2027 diperebutkan oleh Afrika Selatan, tuan ruma bersama Belgia/Belanda/Jerman, Brasil, atau mungkin AS/Meksiko (ini penyelenggara Piala Dunia FIFA 2026). Tuan rumah pemenang akan diputuskan dan diumumkan oleh FIFA pada bulan Mei 2024.
Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA U-17 bisa jadi modal bagi negeri ini untuk memikirkan pencalonan diri sebagai tuan rumah piala dunia pria atau wanita atau keduanya.
Hanya saja PSSI terlalu berharap yang berlebihan karena sarana berupa lapangan hijau yang terbuka dan gratis tapi berkualitas bisa dihitung jari di kawasan kecamatan.
Itu artinya bibit unggul tidak bisa muncul lagi secara alamiah karena hanya mengharapkan berkah dari YMK untuk memunculkan talenta pemain sepak bola pria dan wanita (sport.optus.com.au, en.as.com, sportingnews.com, en.wikipedia.org dan sumber-sumber lain). *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H